Hidup Harmonis Bersama Alam

By , Kamis, 17 Desember 2015 | 10:03 WIB

Lantaran dukungan datang dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten, lanjut Aep, “Kita sedang padukan bersama. Kementerian sedang melakukan grand design, provinsimengkaji ekowisatanya. Itu semua masih dalam proses penyusunan.”

Pemerintah daerah akan mengatur tata ruang kawasan Karangsong. “Kalau ada partisipasi dari berbagai pihak, nanti sudah tersedia kajian komprehensifnya. Selain itu, agar penyusunan rencana dari pusat, provinsi dan daerah tidak berjalan sendiri-sendiri. Kita coba gabungkan, agar saling tidak tumpang tindih dalam pemanfaatan dan perencanaan. Harapannya, agar saling bersinergi.”

Pemerintah Indramayu misalnya, telah melakukan kajian tentang jalan masuk dan infrastruktur lainnya. Karangsong merupakan contoh bagus dalam pemulihan kawasan pesisir yang dilanda abrasi. “Kita berharap inisiatif sebaiknyamemang datang dari masyarakat, seperti di Karangsong itu, lalu didukung pemerintah. Bila begitu, saya rasa pasti akan berhasil. Tetapi bila partisipasi masyarakat tidak ada, dan bersifat top-down, pasti akan lama hasilnya.”

Masyarakat Karangsong sudah sadar manfaat mangrove, bisa mengurangi abrasi, pencemaran dan melindungi keanekaragaman hayati. Alam bisa berkembang, tambak juga kembali produktif. Peningkatan pendapatan masyarakat juga terjadi, warung-warung muncul, ada parkir, jasa penyeberangan.

Hanya saja, lanjut Aep, pemerintah daerah perlu mengatur dengan baik, mulai dari infrastruktur, parkir, pengelolaan sampah, dan kebersihan. “Nantinya pemerintah daerah hanya mengatur, tidak akan mengambil pengelolaannya. Kelompok yang akan tetap berperan. Kami hanya mengatur tata ruangnya dan infrastrukturnya.”!break!

Pengaturan tata ruang akan memudahkan pihak-pihak yang akan berkontribusi bagi mangrove Karangsong. “Jangan sampaiada yang berpartisipasi, tapi tumpang tindih,” jelasnya.

Awal pekan itu, hutan mangrove lengang. Berbeda dengan sehari lalu, hutan ini diramaikan oleh ratusan pengunjung. Selewat tengah hari, General Manager PT Pertamina RU VI Balongan Yulian Dekri menyusuri jalan bambu hutan mangrove. Sejenak Yulian menatap prasasti pembangunan trek, yang ditanda tangani oleh Menteri Kambuaya.

Saat menembus mangrove yang padat, Yulian menuturkan sulitnya menumbuhkan hutan mangrove. Terlalu banyak jejak kenangan kiprah Pertamina RU VI di hutan yang tumbuh dari tanah kosong ini.

Sekeping papan logam sebagai tanda kiprah pertama Pertamina masih berdiri kokoh di samping jalur. “Dulu kita cari tidak ketemu. Saat pembangunan trek malah ketemu, sehingga jalur agak sedikit berbelok,” jelas Ketua Kelompok Petani Mangrove Pantai Lestari Ali Sodikin.

Banyak tinggalan yang menandai perjuangan keras yang bisa dilihat di sepanjang jalur trek. “Bila ingin melihat sejarahnya, masih ada ajir-ajir dari bambu utuh. Ini untuk memperkokoh bibit yang baru ditanam, agar tidak tercerabut dari tanah,” ujar Ali mengingatkan.

Begitu juga papan logam yang telah dikerubuti karat itu. Sudah sejak 2010, Pertamina berkontribusi dalam penanaman mangrove Karangsong. Saat itu, ada 5.000 bibit ditanam oleh kelompok. “Dan kita monitor, dan karena berhasil kita menambah lagi penanaman mangrove,” lanjut Yulian. Lantas disusul penanaman 10.000 bibit mangrove pada 2012.!break!

Bisnis Utama PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan adalah mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi produk bahan bakar minyak, non-BBM dan petrokimia“Dan kita ingin produksi berkelanjutan. Tidak sesaat, satu atau dua tahun. Untuk itu kita harus melakukan harmonisasi: memperhatikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.”