Lekat dengan Era Prasejarah di Bumi Sangiran

By , Senin, 1 Februari 2016 | 17:00 WIB

Ruang pamer berikutnya bertemakan rekam jejak silsilah umat manusia. Pada satu sudut  disediakan tayangan audio visual proses terjadinya jagad raya dengan teori big bang. Tata suara dan pencahayaan membantu kami  meresapi suasana alam semesta. Rute para peneliti seperti Alfred R. Wallace dan  Charles R. Darwin untuk mengungkap asal mula kehidupan menjadi salah satu tema sentral. Proses penggalian ternyata membutuhkan kecermatan, hal ini bertujuan untuk menjaga fosil agar tidak rusak dan tetap pada posisi.

Tata ruang museum yang melingkar sangat mendukung dengan tema yang diusung di tiap ruang pamer. Kami selalu merasa mendapat kejutan baru ketika berpindah ruangan.

Sebuah panggung kecil setinggi 50 cm nampak rata, namun ketika didekati disitu merupakan tempat bersemayam manusia purba. Terbujur pada posisi yang berbeda empat fosil Manusia Song Keplek, Manusia Song Braholo, Manusia Gua Tengkorak dan Manusia Song Terus merupakan  fosil manusia yang ditemukan di Pacitan, Yogyakarta, dan Kalimantan Selatan.!break!

Tak jauh dari situ, sebuah diorama mempertunjukkan dua orang arkeolog sedang melakukan penggalian, lengkap dengan peralatan berupa kuas, buku catatan , lampu senter dan alat penggali.

Masa keemasan Homo Erectus pada 500.000 tahun yang lalu menjadi tema di ruang pamer ketiga. Ruangan ini menggambarkan replika kehidupan manusia purba yaitu cara berburu, membuat api, dan peralatan sederhana yang digunakan manusia purba.

Tak hanya itu saja, pengunjung juga diajak untuk merasakan suasana masa lalu dengan lingkungan sekitar. Interaksi manusia dengan makhluk hidup sekitar berupa fosil binatang seperti gajah purba, rusa purba, banteng purba, buaya purba, kepiting, hiu purba dan lain-lain.

Tak hanya melulu benda koleksi purbakala, di beberapa titik terdapat satwa seperti burung merak, monyet dan ayam bekisar. Hal ini menambah ketertarikan kami untuk dapat bereksplorasi dengan leluasa.

Museum Sangiran beroperasi untuk pengunjung pada hari minggu dan hari libur nasional. Hanya pada hari Senin saja museum ini tutup. Petugas yang kami temui mengatakan bahwa hari senin digunakan bagi pengelola untuk melakukan pemeliharaan terhadap benda-benda koleksi.

Mereka melakukan pembersihan, penataan koleksi, pengecekan terhadap fasilitas. Pembersihan dilakukan oleh petugas terhadap fosil, kaca, karpet, dan diorama manusia purba. Perawatan yang baik bagi museum yang menjadi  Situs Warisan Dunia, No. C 593 yang diakui oleh UNESCO pada tanggal 5 Desember 1996 ini menjadi kunci utama agar museum tetap dapat dinikmati pengunjung dalam jangka waktu yang panjang.

Kunjungan kami ke museum yang mengemban visi sebagai pusat kajian manusia purba yang terkemuka di dunia ini kami akhiri dengan melihat pemutaran film bertema kehidupan manusia prasejarah dan posisi Sangiran sebagai situs yang kaya akan fosil manusia purba.  

Keluar dari ruang pemutaran film, saya jadi teringat pembicaraan dengan seorang teman yang berkata, "Jika ingin melihat kebesaran suatu negara kunjungilah museumnya". Jadi sekarang tak perlu ragu merencanakan liburan ke museum untuk membuktikan kebesaran Indonesia.