Pernyataan resmi dari pihak Mummy Project menekankan bahwa penelitian tentang mumi kuno ini sama sekali tidak mengganggu, melukai, atau mengubah tubuh mumi yang sedang diperiksa dengan cara apa pun. Selama dekade sebelumnya, penelitian dan metodologi penting mereka telah membantu membangun jaringan sumber daya yang luas dan kaya, yang disajikan dalam bentuk acara dan pameran budaya di museum, yayasan, dan perpustakaan di seluruh Eropa.
Adapun nama pendeta Mesir kuno yang sedang mereka teliti itu adalah Ankh Khonsu atau Ankhekhonsu. Jika diterjemahkan, arti dari nama pendeta Mesir kuno ini adalah “dewa Khonsu yang hidup,” sebagaimana tertulis pada sarkofagus di lima tempat berbeda.
Tim peneliti yakin bahwa penelitian teknologi tinggi mereka ini akan membantu mereka untuk lebih memahami bahan dan proses keseluruhan yang digunakan untuk membuat mumi tersebut. Proses mumifikasi Mesir masih merupakan pertanyaan kuno yang “terbuka”—belum terjawab sepenuhnya—yang telah menimbulkan banyak perdebatan, diskusi, dan penelitian di bidang sejarah dan arkeologi.
Baca Juga: Ilmuwan Menciptakan Kembali Suara Nesyamun, Mumi Pendeta Mesir Kuno
Analisis-analisis mumi modern, termasuk untuk tulang, gigi, rambut dan jaringan lunak yang terawetkan, telah memberikan banyak informasi tentang kesehatan jenazah-jenazah tersebut, dan informasi penting lainnya seperti makanan yang mereka makan.
Selain itu, riwayat medis yang sangat rinci untuk penyakit dan cedera dapat dipastikan melalui upaya pemindaian berteknologi tinggi ini. Malgora menyatakan, “Mempelajari penyakit dan cedera kuno adalah penting untuk penelitian medis modern. Kita bisa mempelajari kanker dan aterosklerosis di masa lalu dan itu bisa berguna untuk penelitian modern.”