Kata “gantole” berasal dari bahasa Bugis berarti capung (Libellula Forensis), kelompok serangga bermata sebening kristal dengan empat sayap transparan.
Sang pilot berusaha menstabilkan posisi trike dan menjaga sudut aman untuk mendarat. Beberapa detik kemudian roda-roda belakang mulai menyentuh landasan, diikuti roda depan. Dalam beberapa puluh meter kami meluncur di landasan dan akhirnya berhenti. “Good landing, Captain!”, puji saya kepada Edgar yang tengah mencoba menghidupkan mesin yang tak kunjung menyala lagi. Mujurlah mesin macet saat tiba di landasan. Jika saja kami mencoba engine off kala mengangkasa, tentu kami akan sedikit repot mencari lapangan untuk mendarat darurat. Namun apapun alasannya, trike tetap terbang aman meski mesin mati.
Hang gliding atau layang gantung mulai berkembang di luar negeri awal 1970-an. Di Indonesia layang gantung populer dengan sebutan gantole. Kata “gantole” berasal dari bahasa Bugis berarti capung (Libellula Forensis), kelompok serangga bermata sebening kristal dengan empat sayap transparan. Konon istilah ini diberikan oleh ibunda Achmad Kalla. Waktu itu adik Jusuf Kalla itu adalah salah satu mahasiswa ITB yang turut mengembangkan olahraga layang gantung di Indonesia. Perkumpulan layang gantung pertama didirikan 1977.
Modifikasi gantole bermotor diperkenalkan di Amerika 1977, populer dengan sebutan trike. Di Indonesia pertama kali diperkenalkan pada 1983, berkabin single seater. Selanjutnya pesawat trike kedua diperkenalkan pada 1986, berkabin double seater. Pesawat kedua ini sudah mampu digunakan untuk aerotowing (menarik gantole).
Alasan Edgar menyukai olah raga ini adalah kemampuan trike mendarat di mana pun ketika kondisi darurat. “Beri saya sawah kering, itu cukup untuk mendarat darurat”, ujar ayah satu anak ini. “Perawatannya juga mudah, seperti merawat motor roda dua”, sambung lelaki yang selalu mengedepankan ‘a good pilot is a safe pilot’ ini. Tertarik memompa adrenealin bersama trike?