Empat Persen dari Kasus Kanker di Dunia Akibat Konsumsi Alkohol

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 15 Juli 2021 | 17:00 WIB
Para peneliti menyimpulkan, alkohol dapat memicu kanker dengan risiko empat persen. Mayoritas terjadi di negara-negara Asia Timur dan Eropa Timur. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id -  Lantaran pagebluk Covid-19, fasilitas kesehatan untuk melaporkan kasus masalah kesehatan lainnya seperti kanker tidak begitu jelas.

Meski demikian, para peneliti dalam laporan jurnal the Lancet Oncology, melaporkan begitu banyak laporan kasus kanker di dunia, Selasa (13/07/2021). Kasus kanker yang mereka kumpulkan dari seluruh dunia, empat persen di antaranya atau sekitar 741.300 kasus ternyata berkaitan dengan konsumsi alkohol.

Kanker paling banyak dialami seperti kerongkongan (189.000 kasus), hati (154.700 kasus), dan payudara (98.300 kasus). Sisanya yang paling rendah seperti kolorektal, kanker mulut, dan tenggorokan.

Mereka memperkirakan bahwa pria menyumbang 77 persen dari 741.300 kasus kanker, yang berhubungan dengan konsumsi alkohol, dibandingkan wanita.

Kelompok penelitian yang dipimpin oleh Harriet Rumgay itu menetapkan tingkat asupan alkohol per individu di tiap negara sejak 2010. Data itu untuk memperkirakan rentang konsumsi hingga berkembang menjadi kanker.

 

 

Perkiraan konsimsi itu menyertakan data produksi alkohol, data pajak dan penjualan, survei dan pendapat terkait konsumi yang tidak tercatat, dan data konsumsi turis. Lalu. menggabungkannya dengan perkiraan kanker baru pada 2020, yang berhubungan dengan konsumsi alkohol, tulis para peneliti dalam laporan.

Mereka membagi tiga golongan konsumsi alkohol, yakni moderat, berisiko, dan berat. Pada golongan yang bersiko adalah konsumen alkohol yang minum 20 hingga 60 gram per hari, atau dua dan enam minuman beralkohol tiap harinya. Lebih dari itu, sudah termasuk peminum berat.

Kelompok berisiko dan yang berat meneybabkan kasus kanker masing-masing 39 persen dan 47 persen. Tetapi meski demikian dalam jumlah moderat juga menyumbang kasus, yakni 14 persen dari semua kasus yang disebabkan alkohol.

Baca Juga: Maximón, Santo Perokok dan Peminum Alkohol yang Dihormati di Guatemala

Ikustrasi minuman beralkohol (monticelllo/Getty Images/iStockphoto)

“Kita sangat perlu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara konsumsi alkohol dan risiko kanker di antara pembuat kebijakan dan masyarakat umum," imbau Hurriet Rumgay, penulis pertama studi dari International Agency for Research on Cancer, Lyon, Prancis.

"Strategi kesehatan masyarakat, seperti mengurangi ketersediaan alkohol, memberi label produk alkohol dengan peringatan kesehatan, dan larangan pemasaran dapat mengurangi tingkat alkohol yang memicu kanker."

Rumgay merujuk pada sistem penetapan harga dan kebijakan pajak bisa menyebabkan penurunan asupan alkohol, termasuk pada cukai dan satuan harga minimum. Sistem seperti itu sudah terapkan di Eropa yang mengalami penurunan asupan, dan bisa diterapak di kawasan negara lain.

Berdasarkan segi wilayah di dunia, Asia Timur, Eropa Tengah dan Timur adalah yang terbesar memiliki proporsi kasus kanker akibat alkohol. Diperkirakan ada enam persen orang yang mengalami kanker karena konsumsi alkohol di kawasan tersebut.

Sedangkan yang terendah adalah Afrika Barat dan Asia Barat, keduanya berada di bawah satu persen.

Baca Juga: Bukan Roti, Nenek Moyang Manusia Mengolah Gandum untuk Membuat Bir

 

"Tren menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan konsumsi alkohol per orang di banyak negara Eropa, penggunaan alkohol meningkat di negara-negara Asia seperti Cina dan India, dan di sub-Sahara Afrika," terang Rumgay "Selain itu, ada bukti bahwa COVID Pandemi -19 telah meningkatkan tingkat konsumsi alkohol di beberapa negara."

Negara terbesar yang memiliki kasus kanker karena alkhol diperkirakan adalah Mongolia dengan 10 persen, Tiongkok enam persen, India dan Prancis keduanya lima persen, Inggris dan Jerman empat persen.

Sedangkan yang terendah adalah Kuwait yang diperkirakan 0% persen atau kurang dari lima kasus.

"Studi kami menyoroti kontribusi tingkat minum yang relatif rendah terhadap tingkat kanker, yang mengkhawatirkan, tetapi juga menunjukkan bahwa perubahan kecil pada perilaku minum publik dapat berdampak positif pada tingkat kanker di masa depan." papar Rumgay di Eurekalert.

Baca Juga: Meninggal dengan Misterius di Usia 32 Tahun, Inikah Penyebab Kematian Alexander the Great?

Rumgay dan tim mengakui bahwa ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga bisa dikembangkan kedepannya.

Keterbatasan itu seperti melihat efek potensial dari pagebluk Covid-19 yang terhadap perilaku mengonsumsi alkohol. Cara meneliti itu juga bisa pada layanan kanker di beberapa negara yang dapat memengaruhi risiko kanker, dan tingkat diagnosisnya.

Keterbatasan lainnya adalah tidak menyertakan bagaimana kebiasaan minum di tiap negara pada masa sebelumnya. Atau, hubungan apa pun antara tembakau. maupun obesitas terkait konsumsi alkohol yang dapat menghubungkan kasus.

Baca Juga: Tanpa Disadari, Ketujuh Hal Berikut Dapat Menyebabkan Migrain