Apakah Tablet Babilonia Kuno Ini Menjadi Awal Penggunaan Trigonometri?

By Eric Taher, Kamis, 15 Juli 2021 | 10:57 WIB
Plimpton 322, tablet asal Babilonia kuno yang merekam penggunaan matematika pada masa lalu. (Rare Book and Manuscript Library, Columbia University)

Nationalgeographic.co.id—"Penelitian kami menunjukkan bahwa tablet ini menjelaskan rupa sudut segitiga menggunakan trigonometri berbasis rasio," ungkap matematikawan dan pemimpin penelitian Dr. Daniel Mansfield dalam rilis pers resminya. Pada 2017, ilmuwan dari University of New South Wales itu merilis sebuah temuan menarik dari sebuah tablet Babilonia kuno. 

Penemuan ini tentunya mencengangkan karena trigonometri modern biasanya dibuktikan dengan menggunakan sudut dan lingkaran. "Ini adalah sebuah karya matematika luar biasa yang menunjukkan pekerjaan seorang genius," lanjutnya.

"Plimpton 322", tablet yang dimaksud, memang sudah lama memikat para sejarawan dan matematikawan. Tablet ini pertama kali diekskavasi oleh antikuarian Edgar Banks di Larsa, Irak pada 1900. Banks kemudian menjual tablet kuno ini kepada publisis dan kolektor George Arthur Plimpton pada 1910, dan konon dilepas dengan harga 10 dolar.

 

 

Plimpton dikenal gemar mengoleksi manuskrip dan buku. Menjelang akhir hayatnya pada 1936, ia mendonasikan seluruh koleksinya kepada Columbia University, termasuk tablet yang dibelinya dari Banks. Sejak saat itulah, tablet tersebut dikenal sebagai Plimpton 322, dan menjadi salah satu artefak yang berharga dalam menelusuri sejarah matematika.

Adapun tablet ini mulai dikenal publik sejak 1945. Ketika itu, matematikawan Otto Neugebauer dan asiriolog Abraham Sachs menemukan bahwa tablet ini merekam penggunaan tripel Pythagoras. Kita mengenal tripel Pythagoras sebagai tiga bilangan bulat positif yang membentuk panjang dari setiap sisi segitiga siku-siku.

Waktu penulisan dari Plimpton 322 kemudian diteliti oleh Eleanor Robson pada 2001. Dengan membandingkan gaya tulisan tablet dengan tulisan lain dari daerah yang sama, ditemukan bahwa Plimpton 322 ditulis antara tahun 1822 sampai 1762 SM. Tahun-tahun tersebut merupakan tahun pemerintahan Hammurabi di Babilonia. Penemuan ini juga membuktikan bahwa bangsa Babilonia telah menggunakan teorema Pythagoras selama lebih dari seribu tahun sebelum Pythagoras mempopulerkannya.

 

Baca Juga: Asal Usul Resolusi Tahun Baru, Dilakukan Sejak Ribuan Tahun Lalu

George Arthur Plimpton, publisis dan kolektor yang menyumbangkan seluruh koleksinya kepada Columbia University. (Columbia University)

 

Banyak matematikawan yang melanjutkan penelitian ini, salah satunya oleh Mansfield. Bersama sejarawan Norman Wildberger, Mansfield melakukan penelusuran lebih lanjut terhadap isi dari tablet ini. Hasil penelitian tersebut kemudian dirilis ke dalam jurnal Historia Mathematica yang dipublikasikan oleh Elsevier. Dalam jurnalnya, mereka menyimpulkan bahwa Plimpton 322 menulis trigonometri dengan sistem sexagesimal (sistem angka berbasis 60).

"Tablet ini tidak hanya memiliki tabel trigonometri tertua di dunia, tetapi juga satu-satunya tabel trigonometri yang akurat di tengah perbedaan pendekatan orang-orang Babilonia terhadap aritmetika dan geometri," ungkap Mansfield.

 

Jika klaim tersebut benar, maka Babilonia akan menggantikan Yunani sebagai peradaban tertua yang dikenal menggunakan trigonometri. Laman National Geographic, pernah mewartakan Hipparkhos dari Nicea merupakan sosok yang selama ini dikenal sebagai Bapak Trigonometri. Ia membuat sebuah tabel trigonometri pertama yang digunakan matematikawan masa lampau.

Lantas bagaimana respons dari matematikawan lain terhadap penelitian ini?

"Tabel ini memiliki sejumlah kekeliruan, dan rasanya tidak bisa dibenarkan bahwa ini adalah tabel trigonometri paling akurat," tulis penulis sains Evelyn Lamb dalam Scientific American. Dua matematikawan lainnya juga meragukan penemuan ini, seperti dilansir dari National Geographic.

Baca Juga: Kota Benteng Khirbet Qeiyafa: Inikah Reruntuhan Istana Nabi Daud?

Konseptualisasi segitiga siku-siku dari Peradaban Yunani (kiri) dan Babilonia (kanan)The Greek (left) and Babylonian (right) conceptualisation of a right triangle. Menariknya, Babilonia tidak menggunakan konsep sudut untuk mendefinisikan sebuah segitiga siku-siku. (Daniel Mansfield)

 

"Selain judul kolom, tablet ini hanya terdiri dari kolom dan angka saja, dan ini mendatangkan banyak spekulasi semata," ujar Duncan Melville kepada National Geographic. Melville adalah profesor matematika di St. Lawrence University, yang berspesialisasi di bidang matematika Mesopotamia.

Adapun Donald Allen, profesor matematika Texas A&M University, juga mengungkapkan hal serupa. "Interpretasi bahwa ini adalah tabel trigonometri hanyalah dugaan semata, karena ada bagian yang hilang yang bisa saja menjelaskan kegunaan tablet ini," jelas Allen.

Tablet Plimpton 322 memang memiliki kerusakan di bagian tepi kiri. Kerusakan tersebut tampaknya baru karena memiliki sisa lem modern. Mansfield dan Wildberger sendiri berspekulasi bahwa Plimpton 322 sebenarnya memiliki enam kolom dan 38 baris.

Lebih lanjut, Allen melihat bahwa matematikawan di masa lalu banyak meminjam antara satu sama lain. Hal ini membuat siapa yang pertama menemukan trigonometri masih menjadi misteri.

Baca Juga: Kontroversi Arkeologi Raja Daud dan Sulaiman, Sains dan Alkitab