Nationalgeographic.co.id—Dua ekspedisi yang dipimpin oleh Conservation International (CI) ke ujung barat laut Papua, jantung "Segitiga Terumbu Karang" Asia, pada 2006 lalu sempat menemukan puluhan spesies baru yang hidup di laut tersebut. Salah satu spesies laut tersebut adalah hiu epaulette—dijuluki juga sebagai hiu berjalan—yang kerap tertukar penyebutannya dengan hiu karpet atau wobbegong.
Temuan ini mengukuhkan wilayah tersebut sebagai bentang laut terkaya di dunia. Keanekaragaman hayati laut yang tak tertandingi dari Bentang Laut Kepala Burung, dinamai sesuai bentuk khas dari semenanjung di ujung barat laut provinsi Papua tersebut, mencakup lebih dari 1.200 spesies ikan dan hampir 600 spesies karang pembentuk terumbu (scleractinian), atau 75 persen dari total yang diketahui di dunia.
Para peneliti menggambarkan dunia bawah laut di wilayah tersebut sebagai keajaiban visual. Ada hiu "berjalan" dengan siripnya dan kumpulan ikan karang berwarna-warni yang menghuni karang yang berlimpah dan sehat dari segala bentuk dan ukuran.
Namun wilayah tersebut kini terancam penangkapan ikan yang berlebihan dengan dinamit dan sianida, serta penggundulan hutan dan penambangan yang merusak perairan pesisir. Jadi, perlu langkah segera untuk melindungi kehidupan laut yang unik yang menopang masyarakat lokal di wilayah tersebut.
Wilayah tersebut merupakan lokasi pusat bentang laut di Segitiga Terumbu Karang Pasifik. Wilayah ini mengekspor dan memelihara keanekaragaman hayati di seluruh wilayah laut Indo-Pasifik sehingga menjadikannya salah satu prioritas konservasi laut paling mendesak di planet Bumi ini.
"Terumbu karang Papua ini secara harfiah adalah 'pabrik spesies' yang membutuhkan perhatian khusus untuk melindunginya dari perikanan yang tidak berkelanjutan dan ancaman lainnya sehingga mereka dapat terus memberi manfaat bagi para pemilik lokal dan komunitas global," kata Mark Erdmann, penasihat senior Program Kelautan Indonesia CI, yang memimpin survei tersebut, seperti dikutip dari laman resmi Conservation International.
Baca Juga: Ikan Mas yang Dibuang ke Danau Tumbuh Raksasa dan Jadi Malapetaka
"Enam dari lokasi survei kami, yang merupakan area seluas dua lapangan sepak bola, masing-masing memiliki lebih dari 250 spesies karang pembentuk terumbu --itu lebih dari empat kali jumlah spesies karang di seluruh Laut Karibia," ujarnya pada 2006 lalu.
Meskipun kepadatan populasi manusia di wilayah ini rendah, masyarakat pesisir di semenanjung Kepala Burung sangat bergantung pada laut untuk mata pencaharian mereka. Namun laut di wilayah ini karang berada di bawah ancaman dari rencana untuk mengalihkan tekanan penangkapan ikan dari laut barat Indonesia yang ditangkap secara berlebihan ke timur Indonesia, menuju Provinsi Papua.
Baca Juga: Misteri Ikan Berdarah Panas di antara Mayoritas Ikan Berdarah Dingin
“Desa-desa pesisir yang kami survei sebagian besar terlibat dalam perikanan subsisten, pertanian dan pengumpulan, dan mereka membutuhkan ekosistem laut yang sehat untuk bertahan hidup,” kata Paulus Boli, peneliti Universitas Negeri Papua yang memimpin komponen sosial ekonomi dalam ekspedisi tersebut.
"Kami sangat prihatin dengan dampak potensial dari ekspansi perikanan komersial yang direncanakan di wilayah tersebut, dan kami mendesak pendekatan kehati-hatian yang menekankan keberlanjutan daripada eksploitasi intensif."
Secara total, para peneliti menemukan lebih dari 50 spesies ikan, karang, dan udang mantis yang sebelumnya tidak diketahui sains di Bentang Laut Kepala Burung Papua, yang mencakup area 18 juta hektare. Bentang laut ini juga mencakup area yang menjadi sarang penyu belimbing pasifik terbesar di dunia, dan populasi migrasi paus sperma dan paus bryde, paus orca, dan beberapa spesies lumba-lumba.
Baca Juga: Pusparagam Cycloop: Memuliakan Lautan dan Hutan di Kampung Tablasupa