Artefak-artefak ditinggalkan sebagai persembahan kepada para dewa. Para arkeolog telah mengusulkan bahwa benda-benda ini, bersama dengan makanan, daun koka, dan chicha, minuman beralkohol yang disuling dari jagung, dibawa oleh para pendeta saat mereka memimpin gadis itu dalam mendaki gunung.
Dua yang terakhir akan digunakan untuk membius anak itu, dikatakan sebagai praktik umum yang digunakan oleh suku Inca sebelum mereka mengorbankan gadis itu. Setelah korban dalam keadaan mabuk, para pendeta akan melaksanakan pengurbanan. Dalam kasus Momia Juanita, terungkap dengan radiologi bahwa pukulan pentungan di kepalanya menyebabkan pendarahan hebat yang mengakibatkan kematiannya.
Baca Juga: Penemuan Mumi Perempuan Singkap Gaya Hidup Zaman Dinasti Ming
Analisis ilmiah lain yang mengungkapkan informasi menarik tentang kehidupan Momia Juanita adalah analisis isotop rambutnya, yang dimungkinkan karena terpelihara dengan sangat baik. Analisis ini memberi para peneliti informasi tentang menu makan gadis itu.
Analisis ini menunjukkan bahwa gadis itu dipilih sebagai korban untuk upacara pengurbanan sekitar setahun sebelum kematiannya yang sebenarnya. Ini ditandai dengan perubahan pola makan, yang terungkap melalui analisis isotop rambutnya.
Sebelum dipilih untuk pengorbanan, dia menjalani menu makan standar Inca, yang meliputi kentang dan sayuran. Namun, menu makannya berubah sekitar setahun sebelum pengorbanan, karena ditemukan bahwa dia mulai mengonsumsi protein hewani dan jagung, yang merupakan makanan para elite.
Saat ini Mumi Juanita telah ditempatkan di Museo Santuarios Andinos di Arequipa, sebuah kota tidak jauh dari Gunung Ampato. Mumi Juania disimpan dalam wadah khusus yang menjaga suhu dan kelembaban di dalamnya dengan hati-hati, untuk memastikan pelestarian sisa-sisa mumi ini di masa depan.