Berapa Lama Sistem Kekebalan Manusia Mampu Mengalahkan Pandemi?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 18 Juli 2021 | 12:00 WIB
Hasil pemindaian mikroskop elektron terhadap SARS-COV-2 penyebab COVID-19. (NIAID/FLICKR)

Mereka menemukan bahwa tingkat kekebalan dari waktu ke waktu bergantung pada tingkat keparahan dan varian virus.

Dalam laporannya, para ilmuwan menunjukkan bahwa antibodi yang berkembang selama gelombang pertama dari pagebluk, telah mengurangi efektivitas terhadap enam varian. Fenomena itu mulai diamati saat gelombang ke dua di Australia terjadi, hingga tiga varian mendorong pandemi global yang terjadi di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan.

Fabienne Brilot, Associate Professor dari University of Sydney and Kids Research, Sydney Children's Hospital Network yang menjadi penulis laporan itu, memaparkan bahwa penelitian ini menggunakan alat yang sangat sensitif untuk dapat mengembangkan kajian terhadap antibodi secara rinci.

"Kita dapat belajar banyak dari orang-orang ini, yang terinfeksi pada gelombang pertama di Australia. Sebab mereka terinfeksi dengan varian yang sama, yang menjadi dasar vaksin kita saat ini," ujarnya kepada SciTechDaily.

Baca Juga: Empat Varian Covid-19 Ada di Jakarta, Perlukah Dosis Vaksinasi Ketiga?

Stuart Turville dari Kirby Institute. Menurutnya, vaksin menawarkan perlindungan yang jauh lebih luas terhadap Covid-19 dan variannya daripada respons kekebalan alami tubuh setelah infeksi, yang biasanya hanya melindungi terhadap varian virus yang dimiliki orang dengan infeksi tersebut. (UNSW)

Sementara vaksin yang disetujui haruslah memiliki respon yang baik. Penelitian ini menyoroti pentingnya pengembangan vaksin yang berkelanjutan, terutama dengan mempertimbangkan perbedaan ragam varian, Brilot berpendapat.

Sedangkan Stuart Turville dari Kirby Institute yang juga turut terlibat di laporan tersebut menambahkan. Menurutnya, penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki tingkat, luas, dan panjang umur kekebalan yang dihasilkan dari infeksi Covid-19. Serta mengetahui, apakah mutasi virus justru membahayakan kekebalan itu sendiri.

“Apa yang telah ditunjukkan oleh pekerjaan ini bagi kami adalah pengamatan saat ini tentang vaksin menunjukkan, mereka menawarkan perlindungan yang jauh lebih luas terhadap Covid-19 dan variannya daripada respons kekebalan alami tubuh setelah infeksi, yang biasanya hanya melindungi terhadap varian virus yang dimiliki orang dengan infeksi tersebut," terang Turville.

"Oleh karena itu, kita tidak boleh bergantung pada respons imun alami tubuh untuk mengendalikan pandemi ini, melainkan pada vaksin pelindung yang tersedia secara luas.”

Baca Juga: Seberapa Bahaya Varian 'Delta Plus'? Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini?