Namun jika jarak antara Bulan dan Bumi menjadi lebih dekat, misalnya jadi setengah dari jaraknya sekarang, pasang surut akan menjadi delapan kali lebih tinggi, kata Comins. Beberapa pulau akan benar-benar di bawah air untuk sebagian besar hari, dan sejumlah garis pantai yang tadinya berpenduduk kemungkinan akan menjadi tidak dapat dihuni karena air pasang, tambahnya.
Pasang surut di laut yang lebih tinggi tidak akan menjadi satu-satunya akibat dari Bulan yang lebih dekat. Bulan juga memiliki efek pasang surut di daratan Bumi, ujar Comins.
Jika Bulan tiba-tiba dua kali lebih dekat dengan Bumi, efeknya akan seperti memukul gong dengan palu. "Gelombang energi akan bergema melalui planet ini karena kekuatan tarikan gravitasi Bulan yang tiba-tiba meningkat," tutur Comins seperti dilansir Live Science.
Baca Juga: Bulan Purnama Bantu Membebaskan Kapal 'Ever Given' dari Terusan Suez
Dan pukulan gravitasi yang tiba-tiba itu "benar-benar akan berdampak pada kerak bumi, yang berarti dapat memicu lebih banyak gempa bumi, bisa memicu lebih banyak letusan gunung berapi," kata Jazmin Scarlett, ahli vulkanologi sejarah dan sosial di Queen Mary University of London.
Sebagai gambaran, mari kita jadi Io, bulan Jupiter, sebagai contoh. Io adalah benda langit yang paling aktif secara vulkanik di tata surya, kata Scarlett. Vulkanisme Io adalah hasil dari dorongan dan tarikan dari gravitasi Jupiter dan dua bulan lainnya. Bumi mungkin mengalami nasib yang sama jika Bulan tiba-tiba setengah lebih dekat dengannya.
Seiring dengan semua kerak planet yang menekuk secara tiba-tiba, putaran bumi akan melambat seiring waktu. Ini karena, saat gravitasi bulan menarik lautan, gesekan yang dihasilkan antara dasar laut dan air memperlambat putaran Bumi. Saat ini, rotasi Bumi melambat sekitar seperseribu detik per abad, kata Comins. Jika Bulan berada setengah jaraknya, rotasi Bumi akan semakin melambat, menyeret keluar siang dan malam kita.