Apa yang Terjadi Jika Bulan Dua Kali Lebih Dekat dengan Bumi?

By Utomo Priyambodo, Senin, 19 Juli 2021 | 15:00 WIB
Ilustrasi bulan purnama. (Zika Zakiya)

Nationalgeographic.co.id—Film "Bruce Almighty" keluaran 2003 dibintangi oleh Jim Carrey. Dia memerankan tokoh yang tiba-tiba memperoleh kekuatan seperti Tuhan. Dengan menggunakan kekuatan itu ia mengikat Bulan purnama dan menariknya lebih dekat ke Bumi untuk merayu kekasihnya. Kemudian dalam film tampak adegan latar belakang yang menunjukkan laporan berita TV tentang banjir besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia.

Film ini jelas fiksi. Namun, cerita mengenai dampak banjir akibat perpindahan lokasi Bulan itu menimbulkan pertanyaan: Apa yang akan terjadi jika Bulan dua kali lebih dekat dengan Bumi daripada posisinya sekarang?

Faktanya, skenario banjir dari film tersebut tidak jauh dari apa yang sebenarnya mungkin terjadi jika Bulan tiba-tiba lebih dekat ke Bumi, kata Neil Comins, seorang fisikawan di University of Maine. Efek bulan yang paling terkenal adalah tarikan gravitasinya di lautan Bumi, yang menghasilkan dua pasang naik dan dua pasang surut setiap hari.

Namun jika jarak antara Bulan dan Bumi menjadi lebih dekat, misalnya jadi setengah dari jaraknya sekarang, pasang surut akan menjadi delapan kali lebih tinggi, kata Comins. Beberapa pulau akan benar-benar di bawah air untuk sebagian besar hari, dan sejumlah garis pantai yang tadinya berpenduduk kemungkinan akan menjadi tidak dapat dihuni karena air pasang, tambahnya.

Pasang surut di laut yang lebih tinggi tidak akan menjadi satu-satunya akibat dari Bulan yang lebih dekat. Bulan juga memiliki efek pasang surut di daratan Bumi, ujar Comins.

Jika Bulan tiba-tiba dua kali lebih dekat dengan Bumi, efeknya akan seperti memukul gong dengan palu. "Gelombang energi akan bergema melalui planet ini karena kekuatan tarikan gravitasi Bulan yang tiba-tiba meningkat," tutur Comins seperti dilansir Live Science.

Baca Juga: Bulan Purnama Bantu Membebaskan Kapal 'Ever Given' dari Terusan Suez

Bulan terlihat di belakang Colorado State Capitol Building selama gerhana. (Nisrina Darnila)

Dan pukulan gravitasi yang tiba-tiba itu "benar-benar akan berdampak pada kerak bumi, yang berarti dapat memicu lebih banyak gempa bumi, bisa memicu lebih banyak letusan gunung berapi," kata Jazmin Scarlett, ahli vulkanologi sejarah dan sosial di Queen Mary University of London.

Sebagai gambaran, mari kita jadi Io, bulan Jupiter, sebagai contoh. Io adalah benda langit yang paling aktif secara vulkanik di tata surya, kata Scarlett. Vulkanisme Io adalah hasil dari dorongan dan tarikan dari gravitasi Jupiter dan dua bulan lainnya. Bumi mungkin mengalami nasib yang sama jika Bulan tiba-tiba setengah lebih dekat dengannya.

Seiring dengan semua kerak planet yang menekuk secara tiba-tiba, putaran bumi akan melambat seiring waktu. Ini karena, saat gravitasi bulan menarik lautan, gesekan yang dihasilkan antara dasar laut dan air memperlambat putaran Bumi. Saat ini, rotasi Bumi melambat sekitar seperseribu detik per abad, kata Comins. Jika Bulan berada setengah jaraknya, rotasi Bumi akan semakin melambat, menyeret keluar siang dan malam kita.

 

Jika kita selamat dari gempa bumi yang tiba-tiba, letusan gunung berapi, pemanjangan siang dan malam, dan gelombang pasang yang lebih tinggi, setidaknya kita akan lebih sering melihat gerhana matahari. Karena Bulan akan menutupi area langit yang lebih luas, akan lebih mungkin bagi Bulan untuk lewat di depan Matahari dari sudut pandang kita, kata Comins.

Kita bahkan masih bisa melihat korona Matahari (atmosfer luarnya) bersinar di sekitar siluet gelap bulan, tetapi tidak sejelas itu, tambahnya. Jika tidak, Bulan dan fase-fasenya akan terlihat hampir sama, hanya lebih besar di langit.

Lebih lanjut, siang dan malam yang lebih panjang dapat mengubah iklim kita dan mendorong perubahan evolusioner dalam berbagai cara, kata Scarlett. Hewan-hewan harus beradaptasi dengan bulan yang lebih terang di malam hari. Misalnya, para mangsa mungkin harus belajar bagaimana bersembunyi lebih baik di malam hari, karena para pemangsa mungkin memiliki lebih banyak cahaya saat berburu.

Baca Juga: Terungkap Cara NASA Menjaga Batuan dari Bulan Agar Tidak Dicuri dan Dijual di Pasar Gelap

Ilustrasi bulan. (photofxs68/Getty Images/iStockphoto)

 

Pertanyaannya, dapatkah sesuatu yang alami menyebabkan Bulan melayang lebih dekat ke Bumi?

Ini tentu saja spekulasi liar, tetapi Comins memutuskan untuk menjawabnya. "Jika objek yang cukup masif melintas dekat sistem Bumi-Bulan, dan Bulan berada di tempat yang tepat dari orbitnya saat benda ini lewat, benda ini berpotensi mengambil energi dari Bulan, dan itu akan menyebabkannya berputar lebih dekat dengan kita," papar Comins.

Keteraturan jarak antara Bumi dan Bulan saat ini adalah keajaiban alam semesta yang membuat manusia dan banyak hewan lainnya bisa hidup dengan nyaman di Bumi. Namun kenyamanan ini bisa terganggu jika ada asteroid besar bergerak ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat untuk mendorong Bulan ke arah lebih dekat dengan kita.

Daripada menyaksikan Bulan lebih dekat tetapi justru menimbulkan petaka, tentu kita lebih berharap Bulan tetap berada di orbitnya seperti sekarang.

Baca Juga: Kecepatan Bumi Melebihi Pesawat Jet. Mengapa Kita Tak Merasakannya?