Studi Baru, Bukti Kehidupan Purba di Mars Mungkin Telah Terhapus

By Ricky Jenihansen, Selasa, 20 Juli 2021 | 10:00 WIB
Foto bertajuk 'Martian Dunes Flying in Formation' (Gumuk Pasir Penghuni Mars dalam Formasi Terbang). Salah satu foto mencengangkan di permukaan Planet Mars. (NASA)

 

Hasil temuan itu membuat tim percaya bahwa penyebab di balik penghilangan geologis itu adalah air asin. Air super asin yang mengalir ke lapisan tanah liat yang kaya mineral dan membuat mereka tidak stabil. Membuangnya dan menghapusnya dari catatan geologis dan bahkan kandungan biologis di tempat itu hingga habis.

Penulis utama studi Tom Bristow, seorang peneliti di Pusat Penelitian Ames NASA di Mountain View, California, mengatakan kepada Live Science, bahwa dulu mereka berpikir bahwa begitu lapisan mineral tanah liat tersebut di dasar danau di Kawah Gale, kondisinya akan tetap seperti itu, melestarikan kandungannya dalam waktu yang membentuknya selama miliaran tahun.

"Namun, kemudian air asin memecah mineral tanah liat di beberapa tempat, pada dasarnya mengatur ulang catatan bebatuan tersebut," katanya.

Baca Juga: Tantangan Besar NASA Selanjutnya? Mencuci Pakaian di Luar Angkasa

Laba-laba dari Mars yang mirip David Bowie, demikian kelakar awak NASA. (NASA)

Sebuah foto permukamaan Mars yang diberi tajuk "Spider Migration on Mars" oleh Mars Exploration Program NASA. (NASA)

Curiosity menyelesaikan misi analisisnya dengan mengebor batuan Mars sebelum menggunakan instrumen kimia dan mineraloginya untuk menyelidiki sampelnya. Proses transformasi kimia dalam sedimen itu disebut diagenesis. Yang menurut penulis penelitian bisa menciptakan kehidupan baru di bawah Mars bahkan ketika itu menghapus bukti kehidupan lama di permukaanya.

Jadi meskipun catatan kehidupan lama mungkin telah terhapus di lapisan air asin, kondisi kimia yang dibawa oleh masuknya air asin mungkin telah memungkinkan lebih banyak kehidupan bermunculan di tempatnya, kata para ilmuwan.

"Meskipun diagenesis dapat menghapus tanda-tanda kehidupan asli di danau tersebut, namun itu menciptakan gradien kimia yang diperlukan untuk mendukung kehidupan di bawah permukaan," kata rekan penulis studi John Grotzinger, seorang profesor geologi di California Institute of Technology, dalam pernyataannya.

Baca Juga: Berkebun di Luar Angkasa Bantu Astronaut Hadapi Rasa Terkurung?