Kelompok penelitian itu menulis laporannya, A microbotanical and microwear perspective to plant processing activities and foodways at Neolithic Çatalhöyük di PLOS One, Juni lalu. Mereka menemukan gambaran secara dinamis tentang penggunaan, dan pentingnya sumber daya tanaman liar oleh penduduk Catalhoyuk di masa lalu.
Kelompok studi itu dipimpin oleh Carlos G. Santiago-Marrero, peneliti pradoktoroal dari Pompeu Fabra Univesity. Santiago-Marrero dan tim menggunakan pendekatan inovatif yang menganalisis sisa-sisa mikroskopis atau mikrobotani yang diambil dari peralatan purba.
Para peneliti meyakini, situs ini menjadi adalah sisa-sisa peradaban pertanian tertua umat manusia.
Dalam laporan mereka, ada banyak yang diketahui dari praktik pertanian dan penggunaan sumber daya tanaman, dan tidak hanya di Catalhoyuk, tetapi di pemukiman arkeologi lainnya.
Baca Juga: Pedang Kuno Turki Berusia Ribuan Tahun Ditemukan di Biara Venesia
Namun, sisa-sisa di situs tersebut terjadi karena ada aktivitas manusia yang dilakukan, baik karena memasak makanan, atau karena kebakaran yang tidak sengaja. Temuan inilah yang menjadi gambaran terbatas terkait uniknya penggunaan sumber daya tumbuhan di masa lalu yang para peneliti perdalami.
"Kami menemukan sisa-sisa yang terperangkap di lubang dan celah artefak batu ini yang berasal dari waktu digunakan," tulis para peneliti di laporannya. "Dan kemudian melakukan studi sisa mikrobotani. Kemudian, mengungkapkan jenis tanaman apa yang telah diproses dengan artefak ini di masa lalu."
Di antara sisa-sisa yang mereka amati, mereka menemukan fitolit yang merupakan endapan silika opal di sel tanaman dan dinding sel. Para peneliti menulis, keberadaannya menjadi bukti petunjuk keberadaan bagian anatomi tanaman, seperti batang, gandum, dan jelai, yang sudah dipahami masyarakat.
Baca Juga: Arkeolog Singkap Ritual Pemakaman Nenek Sihir dan Bekal Kuburnya