Setiap 12 Detik Seorang Anak Kehilangan Orang Tua Akibat COVID-19

By Utomo Priyambodo, Rabu, 21 Juli 2021 | 13:07 WIB
Setiap 12 detik seorang anak di dunia kehilangan orang tua, kakek-nenek, atau kerabat lain yang mengasuh mereka yang meninggal karena COVID-19. (Dwi Oblo)

Nationalgeographic.co.id—Diperkirakan 1,5 juta anak di seluruh dunia telah kehilangan orang tua, kakek-nenek, atau kerabat lain yang mengasuh mereka karena meninggal akibat akibat COVID-19. Estimasi ini diungkap oleh sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal The Lancet.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 1 juta anak harus menghadapi kenyataan bahwa salah satu atau kedua orang tua mereka telah meninggal selama 14 bulan pertama pandemi. Setengah juta lainnya harus kehilangan kakek-nenek pengasuh yang tinggal di rumah mereka sendiri.

Anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuhnya berisiko mengalami efek buruk jangka pendek dan jangka panjang yang mendalam pada kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan mereka, seperti peningkatan risiko penyakit, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan kehamilan remaja. Para peneliti menyerukan tindakan segera untuk mengatasi dampak kematian pengasuh pada anak-anak ke dalam rencana respons COVID-19.

"Untuk setiap dua kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia, satu anak ditinggalkan untuk menghadapi kematian orang tua atau pengasuh mereka," ujar Dr. Susan Hillis dari Tim Respons COVID-19 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang menjadi salah satu penulis utama studi tersebut.

 

"Pada 30 April 2021, 1,5 juta anak ini telah menjadi konsekuensi tragis yang diabaikan dari 3 juta kematian COVID-19 di seluruh dunia, dan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan perkembangan pandemi. Temuan kami menyoroti kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan anak-anak ini dan berinvestasi dalam program dan layanan berbasis bukti untuk melindungi dan mendukung mereka saat ini dan untuk terus mendukung mereka selama bertahun-tahun ke depan—karena status yatim piatu mereka tidak akan hilang," papar Hillis seperti dikutip dari EurekAlert.

Sebelum pandemi, diperkirakan ada 140 juta anak yatim piatu di seluruh dunia. Anak-anak ini memiliki risiko lebih besar terhadap masalah kesehatan mental, kemiskinan keluarga, dan kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Mereka juga lebih mungkin meninggal karena bunuh diri atau mengembangkan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, atau stroke.

Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan lebih banyak anak menghadapi kehilangan orang tua atau pengasuh. Selain itu, karena orang dewasa yang lebih tua adalah yang paling rentan terhadap COVID-19, banyak anak yang tinggal dalam keluarga multigenerasi akan menghadapi kematian kakek-nenek mereka. Bukti menunjukkan bahwa kakek-nenek semakin memainkan peran kunci dalam memberikan perawatan dan dukungan keuangan untuk cucu-cucu mereka di seluruh dunia.

Baca Juga: Ajakan 'Stop Baca Berita COVID-19' Justru Mengancam Keselamatan Publik

Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan lebih banyak anak menghadapi kehilangan orang tua atau pengasuh. (deccanherald)

Profesor Lucie Cluver dari Oxford University di Inggris dan University of Cape Town di Afrika Selatan mengatakan, "Kami memiliki bukti kuat dari HIV dan Ebola untuk memandu solusi. Kami perlu mendukung keluarga besar atau keluarga asuh untuk merawat anak-anak, dengan penguatan ekonomi yang hemat biaya, program pengasuhan anak, dan akses sekolah."

"Kita perlu memvaksinasi para pengasuh anak—terutama kakek dan nenek pengasuh. Dan kita perlu merespons dengan cepat karena setiap 12 detik seorang anak kehilangan pengasuhnya karena COVID-19," tutur Cluver yang turut menulis studi terbaru tersebut.

Sebelum adanya laporan studi baru ini, tidak ada angka global untuk mengukur berapa banyak anak yang terkena dampak kehilangan pengasuh selama pandemi COVID-19, baik secara langsung (akibat virus) maupun tidak langsung (karena kondisi lain yang diperparah karena pandemi).

Baca Juga: Faskes Indonesia Kolaps, Sebulan Ini 265 Pasien Isoman COVID-19 Wafat

 

Menurut studi ini, negara-negara dengan tingkat jumlah anak tertinggi yang kehilangan pengasuh utama mereka (orang tua atau kakek-nenek karena orang tua mereka sudah lebih dulu meninggal sebelum pandemi) adalah Peru (1 anak per 100, total 98.975 anak), Afrika Selatan (5 anak per 1.000, total 94.625 anak), Meksiko (3 anak per 1.000, dengan total 141.132 anak), Brasil (2 anak per 1.000, total 130.363 anak), Kolombia (2 anak per 1.000, total 33.293 anak), Iran (>1 anak per 1.000, total 40.996 anak), Amerika Serikat (>1 anak per 1.000, dengan total 113.708 anak), dan Rusia (1 anak per 1.000, dengan total 29.724 anak).

Di luar negara-negara tersebut, jumlah anak yang kehilangan orang tuanya sangat mungkin juga tinggi. Di India misalnya, pada April 2021 para peneliti memperkirakan adanya peningkatan 8,5 kali lipat dalam jumlah anak yatim piatu (43.139) di negara tersebut dibandingkan dengan Maret 2021 (5.091).

Adapun di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga telah mengatakan bahwa peningkatan kasus kematian akibat COVID-19 berdampak pada jumlah anak yang kehilangan pengasuhan orang tua atau jadi yatim piatu. Namun sejauh ini, KPAI belum memiliki data pasti tentang jumlah anak yatim piatu akibat kasus COVID-19.

Baca Juga: Alarm Bahaya dari Tenaga Kesehatan: 'Ini Sudah Functional Collapse'

Pemakaman salah satu jenazah pasien COVID-19 di Indonesia. (MDMC)

"Kalau data spesifik jumlah anak yatim atau piatu kami tidak memiliki datanya. Namun kalau kita hitung angka kematian tiap hari yang terus naik, maka bisa kita prediksi dampak sosial jangka panjang, termasuk anak yang kehilangan pengasuhan orang tua yang meninggal akibat COVID-19," ujar Kadiv Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi KPAI, Jasra Putra, seperti dilansir Kompas.com.

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kematian harian tertingi akibat COVID-19. Pada 20 Juli 2021 misalnya, jumlah kematian akibat COVID-19 di Indonesia yang dicatat adalah 1.280 orang dalam sehari.

Total jumlah kematian akibat COViD-19 di Indonesia hingga saat ini yang dicatat Kementerian Kesehatan adalah 76.200 orang. Dari puluhan ribu kematian tersebut, ada lebih banyak lagi rasa kehilangan dari anak-anak atas kepergian ayah dan/atau ibu mereka, para orang tua atas kepergian anak-anak mereka, para kakak/adik atas kepergian saudara/saudari kandung mereka, hingga para kawan atas kepergian sahabat-sahabat mereka.

Baca Juga: Berapa Lama Sistem Kekebalan Manusia Mampu Mengalahkan Pandemi?