Kupu-Kupu Ini Adalah Serangga AS Pertama yang Punah Karena Manusia

By Fikri Muhammad, Rabu, 21 Juli 2021 | 14:00 WIB
Kupu-kupu biru Xerces yang punah (ditampilkan) adalah spesies serangga AS pertama yang diketahui punah karena manusia, sebuah penelitian menemukan. (FIELD MUSEUM) ()

 

Guna mengetahuinya, Moreau dan rekan-rekannya beralih ke spesimen Xerces berusia 93 tahun yang ditempatkan di Chicago’s Field Museum, mengekstraksi DNA dari sedikit jaringan serangga.

Meskipun DNA terdegradasi dari usia, tim dapat membandingkan gen Xerces yang dipilih dengan kupu-kupu biru lain yang terkait erat.

Para peneliti juga membandingkan genom, atau buku instruksi genetik, dari mitokandria serangga - struktur seluler yang terlibat dalam produksi energi yang memiliki rangkaian DNA mereka sendiri. 

Namun Akito Kawahara, seorang ahli lepidoptero di Florida Museum of Natural History yang tidak terlibat dalam penelitian ini berpendapat bahwa hasilnya "cukup meyakinkan" bahwa kupu-kupu biru Xerces adalah spesiesnya sendiri. 

Para peneliti membuat evolusi dengan menggunakan den dan mitogenom dan hasilnya menunjukkan bagaimana semua spesies kupu-kupu terikat satu sama lain. Tetapi kupu-kupu Xerces biru yang punah secara genetik berbeda, sehingga memerlukan klasifikasi sebagai spesies.

 

Para ilmuwan menganalisis DNA dari spesimen dalam koleksi kupu-kupu biru Xerces (ditampilkan) di Museum Lapangan Chicago untuk mengungkapkan bahwa serangga yang punah itu adalah spesies yang berbeda. (FIELD MUSEUM) ()

 

"Kami seperti kehilangan sepotong teka-teki keanekaragaman hayati yang membentuk permadani di wilayah Teluk San Francisco ketika spesies ini menuju kepunahan," kata Moreau.

Spesies kupu-kupu yang punah menjadi kandidat untuk dibangkitkan, dengan kloning atau manipulasi genetik lainnya. Tapi Moreau memperingatkan untuk tidak melakukannya. 

"Mungkin kita harus menghabiskan waktu dan energi dan uang untuk memastikan bahwa kita melindungi si biru yang sudah terancam punah yang kita ketahui," katanya.

Salah satu kupu-kupu biru yang terancam punah itu adalah El Segundo biru (Eupholites battoides allyni) asli daerah Los Angeles. Populasi kupu-kupu kian hari semakin terancam oleh perubahan iklim, perubahan penggunaan lahan, dan penggunaan pestisida. 

Bagi Felix Grewe, seorang ahli biologi evolusioner di Field Museum, penemuan Moreau dan lainnya menggambarkan mengapa koleksi museum jangka panjang amat penting: kegunaan sebenarnya dari spesimen mungkin tidak jelas selama bertahun-tahun. Lagi pula teknik genetik yang digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan identitas asli kupu-kupu biru Xerces tidak ada ketika serangga itu punah.

Baca Juga: Layaknya Astronaut, Kadal Ini Membuat Cadangan Oksigennya Sendiri

Sampul National Geographic Indonesia edisi Mei 2020, bertajuk Kiamat Serangga. Kupu-kupu Graphium codrus dikoleksi saat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melakukan penelitian di Weda, Maluku Utara, pada 2010. Kini koleksi itu tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, LIPI. Walau menyebar di wilay (Heri Cahyadi/National Geographic Indonesia)

"Anda tidak tahu teknologi apa yang akan ada 100 tahun dari sekarang," kata Grewe.

Xerces biru adalah spesies yang punah dalam keluarga kupu-kupu bersayap halus, Lycaenidae. Xerces biru terakhir terlihat pada 1941/1943 di lahan bagian Golden Gate National Recreation Area, San Francisco.

Spesies ini pertama kali dideskripsikan dan didokumentasikan pada 1852 dengan sayap biru berbintik putih. Hilangnya tanaman teratai yang dimakan kupu-kupu saat tahap larva diyakini menjadi salah satu alasan lain kepunahan Xerces biru. 

Tanaman itu tidak dapat bertahan hidup di tanah yang terganggu oleh perkembangan manusia, menjadikannya tidak lagi tersedia untuk Xerces biru.