Seorang Astronom Amatir Mendeteksi Bulan Baru yang Mengorbit Jupiter

By Utomo Priyambodo, Rabu, 21 Juli 2021 | 23:00 WIB
Sebuah ilustrasi menunjukkan orbit bulan-bulan Jupiter. (Carnegie Institution for Science)

Nationalgeographic.co.id—Jeff Bezos dan Richard Branson baru saja mencapai luar angkasa lewat penerbangan mereka masing-masing. Namun selain kabar dua miliarder tersebut, ada kabar yang tak kalah penting dari antariksa, yakni penemuan bulan baru Jupiter.

Jupiter kini memiliki setidaknya 80 bulan, menurut Space.com, setelah bertambah satu lagi. Bulan baru S/2003J24 menonjol dari keramaian, meskipun hanyalah kerikil kecil antariksa lainnya di antara kerumunan batuan lainnya yang mengorbit planet terbesar di Tata Surya itu.

Penemuan bulan baru yang mengorbit Jupiter itu berkat seorang penghobi astronomi bernama Kai Ly. Ini adalah bulan planet pertama yang diidentifikasi oleh seorang astronom amatir, bukan oleh seorang peneliti profesional di universitas atau badan antariksa.

"Saya bangga untuk mengatakan bahwa ini adalah bulan planet pertama yang ditemukan oleh seorang astronom amatir!" ujar Ly kepada Sky and Telescope.

 

Penemuan terbaru Ly ini adalah tambahan terbaru untuk kelompok satelit Carme. Carme dan teman-temannya adalah batuan luar angkasa yang terbentuk secara aneh. Menurut NASA, mereka mengorbit Jupiter dalam arah yang berlawanan dari rotasinya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai retrograde.

Kelompok itu mengelilingi planet besar dengan kemiringan yang tidak biasa relatif terhadap bidang orbitnya. Dengan radius atau jari-jari 14 mil atau 23 kilometer, Carme adalah yang terbesar di kelompoknya.

Carme adalah batu induk dari temuan astronom amatir tersebut dan 22 anggota kelompok lainnya. Carme dianggap sebagai asteroid yang terperangkap oleh gravitasi Jupiter. Kelompoknya mewakili fragmen-fragmen yang terputus selama tabrakan kosmik. Berdasarkan temuan Ly, menjadi jelas bahwa batu antariksa yang awalnya diamati oleh NASA pada tahun 2003 itu sebenarnya adalah bulan yang mengorbit Jupiter sebagai bagian dari kelompok Carme, yang telah diajukan tetapi belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Baca Juga: Misteri Aurora Sinar-X Kuat dari Jupiter Akhirnya Terpecahkan

Bulan Jupiter, Europa. (NASA)

Ly menghitung busur 22 hari objek tersebut menggunakan observatorium lain bernama Subaru. Perhitungan ini menunjukkan bahwa calon bulan itu kemungkinan besar terhubung dengan gravitasi Jupiter. Ly mampu mendeteksi dan mengkonfirmasi keberadaan bulan menggunakan perbandingan dasar ini dengan kumpulan data lainnya.

Upaya Ly meneliti dan melakukan pengamatan selama bertahun-tahun dari beberapa teleskop memungkinkan dia untuk menemukan, memperkirakan, dan memvalidasi orbit bulan tersebut.

Baca Juga: Ilmuwan: Satelit Jupiter Menjadi Lokasi Terbaik Mencari Kehidupan di Tata Surya

Bintik Merah Raksasa atau Giant Red Spot pada Planet Jupiter telah diamati sejak tahun 1830. (NASA / ESA / A. Simon, Goddard Space Flight Center.)

EJc0061 adalah sebutan saat ini untuk bulan baru tersebut, seperti dilansir Science Times. Namun, bulan ini belum memiliki nama resmi. Kemungkinan besar akan diakhiri dengan huruf e, seperti yang diberikan pada Carme.

"Nama yang diakhiri dengan 'e' dipilih sesuai dengan protokol International Astronomical Union untuk menunjuk bulan luar dengan orbit retrograde," kata pernyataan resmi NASA.

Secara bersamaan, NASA dan badan antariksa lainnya sedang membuat teleskop yang lebih besar dan lebih baik yang suatu hari nanti dapat memungkinkan mereka untuk menemukan bulan-bulan exoplanet di luar tata surya kita. Itu adalah pencarian yang berharga.

Namun tampaknya masih banyak yang bisa ditemukan di lingkungan tata surya kita sendiri. Buktinya, bulan baru Jupiter ini bisa ditemukan oleh seorang amatir seperti Ly, yang melakukan pengamatan astronomi hanya sebagai "hobi musim panas" sebelum dia kembali ke sekolah.

Baca Juga: Berbeda dengan Bumi, Hujan di Saturnus dan Jupiter Menghasilkan Berlian