Nationalgeographic.co.id - Beberapa kawasan di dunia mengalami bencana alam ekstrem yang memakan korban. Di antaranya mengalami banjir dahsyat, seperti yang dialami Tiongkok dan negara-negara Eropa Barat. Sedangkan kebakaran hutan terjadi di Amerika Serikat bagian barat, Kanada, dan Rusia.
Lebih rincinya, melansir kabar Reuters Rabu (21/07/2021), sekitar 25 orang tewas dan tujuh orang hilang di Henan, provinisi bagian tengah Tiongkok akibat diterjang banjir. Dalam konferensi pers, pemerintah juga melaporkan setidaknya lebih dari 100.000 orang telah dievakuasi.
Bencana yang terjadi diakibatkan curah hujan yang deras, dan diperkirakan akan lebih banyak lagi selama beberapa waktu mendatang. Akibatnya, penampungan air dan waduk di Henan meluap.
Berdasarkan lembaga cuaca di Zhengzhou, curah hujan yang turun dari Sabtu hingga Selasa dilaporkkan adalah 617,1 mm. Jumlah itu setara dengan rata-rata curah hujan tahunan 640,88 mm.
Mereka berpendapat, kondisi tiga hari itu menyamai tingkat curah yang terlihat "sekali dalam seribu tahun."
Bencana serupa terjadi di beberapa negara Belgia dan Jerman. Pada peristiwa banjir di Belgia sendiri menewaskan 31 orang, dan menyebabkan sekitar 70 orang hilang, berdasrkan laporan Chicago Tribune.
Raja bersama ratu Belgia bahkan sampai mengunjungi kota Verviers yang terdampak dari banjir besar tersebut Rabu (21/07/2021) malam. Keduanya menyampaikan belasungkawa dan memberikan pidato yang sekaligus bertepatan pada malam kemerdekaan Belgia.
Sementara di Jerman, diketahui 170 orang tewas akibat banjir. Bencana banjir bahkan membuat Kanselir Jerman Angela Merkel berkeliling ke beberapa zona bencana di negaranya, dan memberikan janji bantuan secepatnya pada korban yang terdampak.
Baca Juga: Petaka dari Dasar Bumi dan Luap Laut Jakarta. Apakah Kita Siap?

"Kami akan melakukan semuanya, sampai uang [ganti rugi] itu datang dengan cepat kepada orang-orang yang sering tidak memiliki apa-apa selain pakaian di badan mereka," ujar Merkel dikutip dari Chicago Tribune. "Saya harap ini hanya sekitar beberapa hari."
Intensitas hujan dan skala banjir di Jerman pekan ini bahkan mengejutkan para ilmuwan iklim. Catatan curah hujan yang terjadi di lembah Rhine pada Rabu ini dapat berpotensi menghancurkan.
Bagian dari Rhineland-Palatinate dan North Rhine-Westphalia dibanjiri dengan 148 liter hujan per meter persegi dalam waktu 48 jam sekitar Jerman yang biasanya melihat sekitar 80 liter sepanjang Juli.
Para ilmuwan telah lama meramalkan bahwa emisi yang diproduksi manusia dapat menyebabkan banyak banjir, gelombang panas, kekeringan, badai, dan bentuk cuaca ekstrim lainnya. Tetapi lonjakan perubahan itu telah melampaui perkiraan.
Baca Juga: Bencana Costa Concordia dan Kesalahan Manusia Membuatnya Lebih Buruk
"Saya terkejut dengan seberapa jauh itu di atas rekor sebelumnya," terang Dieter Gerten, profesor Potsdam Institute for Climate Impact Research.
"Kami tampaknya tidak hanya di atas normal tetapi dalam domain yang tidak kami harapkan dalam hal luas spasial dan kecepatan perkembangannya," tambahnya di The Guardian.
Ia menerangkan, para ilmuwan akan membutuhkan penelitian lebih lanjut, terkait sejauh mana emisi manusia telah membuat badai terjadi dewasa ini.
Atas bencana yang terjadi, kedua negara tersebut, bersama para pimpinan pemerintahan menjanjikan fokus politiknya yang berlipat ganda untuk membatasi perubahan iklim. Pihak Uni Eropa menyetujui kondisi tersebut lewat wakil presiden komisi Eropa Frans Timmeremans.
Selain itu, di kawasan barat di Amerika Utara, tepatnya di negara bagian Oregon, Amerika Serikat, dan British Columbia, Kanada, terjadi kebakaran hutan.
Menurut kabar dari Business Insider, kebakaran hutan yang terjadi di Oregon bahkan bisa dilihat di citra satelit GOES-17 NOAA, dan membuat cuacanya sendiri. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melaporkan kebakaran yang terjadi pada Selasa (20/07/2021) pagi itu hanya dapat diatasi 30 persennya saja.
Baca Juga: Krisis Iklim Turut Memberikan Dampak yang Besar bagi Kesehatan Mental
Kebakaran besar yang disebut 'The Bootleg Fire' itu menyebabkan awan pyrocumolonimbus terbentuk karena asapnya, sehingga menciptakan cuacanya sendiri. Awan itu kemudian dapat menghasilkan tornado api dan sambaran petir yang dapat menyebabkan api.
Awan pyrocumulunimbus ini bahkan diketahui dapat rumbuh hingga enam mil, dan dapat dilihat dari jarak 161 kilometer.
"Apinya sangat besar dan menghasilkan begitu banyak energi dan panas yang ekstrem sehingga mengubah cuaca," kata Marcus Kauffman, juru bicara Oregon forestry department, dikutip dari The New York Times.
"Biasanya cuaca memprediksi apa yang akan dilakukan api. Dalam hal ini, api memprediksi apa yang akan terjadi pada cuaca."
Sedangkan bencana kebakaran hutan di British Columbia, Kanada tengah berlangsung selama berhari-hari. Para pemerintah kota di provinsi tersebut langsung menyatakan keadaan darurat, dan mengevakuasi penduduk yang terdampak pada Selasa (20/07/2021).
Baca Juga: Bencana Dahsyat Korsel Saat Masa Damai, Sampoong Department Store 1995
Melansir CBC, 3.000 kilometer persegi yang dsiebabkan oleh 1.145 titik kebakaran hutan selama musim ini. Cliff Chapman, direktur operasi Wildfires Service British Columbia mengatakan, fenomena kebakaran yang terjadi dalam setahun ini sama dengan tiga kali rata-rata kebakaran 10 tahun.
Bencana kebakaran hutan juga turut terjadi di Siberia, Rusia yang telah menghanguskan sekitar 3,7 hektar. Asap kebakaran juga membuat kota-kota di federal Yakutia, dan memaksa bandara ditutup.
"Sudah sebulan kebakaran itu membuat kita tidak dapat melihat apa pun melalui asap," kata Varvara, seorang penduduk Teryut, sebuah desa di distrik Oymyakonsky, disadur dari The Guardian.
"Kami sudah mengirim anak-anak kecil pergi [untuk evakuasi] dari sini. Dan apinya sangat dekat, hanya dua kilometer dari desa kami."