"Wanita itu tua dan lahir dengan kelainan tulang belakang dan pinggul. Semua hal itu umumnya terkait dengan praktik ritual, sehingga mendukung hipotesis bahwa dia adalah syaman."
"Pra-rencana yang signifikan memberikan implikasi bahwa terdapat daftar apa saja yang mesti dilakukan dan rencana kerja untuk ritual dan permintaan mereka," ujar Grosman.
Daftar itu melibatkan pengumpulan tengkorak hewan, pembangunan makam yang sebenarnya, pencarian krikil dan sedimen, dan juga persiapan jenasah. Banyak hal yang mesti dilakukan dalam ritual pemakaman itu. Grosman mencatat berbagai kegiatan yang diperlukan untuk persiapan ritual, termasuk pengumpulan berbagai bahan dan penyembelihan hewan.
Untuk dapat memahami semua perencanaan, tim perlu melakukan tahap-tahap yang ada berdasarkan catatan lapangan, peta digital, batu, arsitektur, dan frekuensi distribusi dan konsentrasi artefak.
Baca Juga: Analisis Lumpur Gua Ungkap Jejak Wanita Purba Berusia 25.000 Tahun
Tahap pertama, menemukan dimana lokasi penguburan. Kemudia digali secara hati-hati sehingga penggali bisa menambahkan sedimen dan batu kapur pada dindingnya, memberikan tampilan ruang makam.
Pada tahap kedua dan ketiga, semua artefak rapi - tengkorak, tulang - ditambahkan, kemudia diselimuti dengan lapisan tipis abu, meskipun tim tidak memberitahukan alasannya.
Selama tahap keempat, tubuh dibawa masuk, dan lapiran dari tubuh hewan diletakan di atasnya.
"Sisa-sisa acara ritual di lokasi ini mampu memberikan kesempatan langka untuk rekonstruksi dinamika kerja ritual penguburan dan mampu menjadi mediator sosial yang sangat penting dalam sejarah manusia," jelas tim tersebut.
Tim berharap bahwa dengan penelitian lebih lanjut mereka akan tahu lebih banyak tentang bagaimana pemakaman menjadi praktek ritual. “Syaman secara universal tercatat di lintas budaya, dalam kelompok pemburu-meramu dan masyarakat pertanian skala kecil,” tulis mereka dalam kata penutup. “Namun demikian, mereka jarang didokumentasikan dalam catatan arkeologis.”