Mumi-Mumi Tertua di Dunia Ini Masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO

By Utomo Priyambodo, Jumat, 30 Juli 2021 | 16:00 WIB
Mumi-mumi Chinchorro, mumi-mumi tertua di dunia yang pernah ditemukan. (Servicio Nacional del Patrimonio Cultural)

Nationalgeographic.co.idMumi-mumi tertua di dunia yang pernah ditemukan bukanlah berasal dari Mesir, melainkan dari Chile. Praktik mumifikasi oleh orang-orang Chinchorro kuno di Chile ini menunjukkan semangat egaliter atau persamaan hak dan kedudukan, tidak seperti orang-orang Mesir kuno.

Mumi-mumi Mesir kuno memang bisa dibilang mumi-mumi paling terkenal di dunia. Namun bagaimanapun, mereka bukanlah yang tertua.

Mumi-mumi tertua di dunia adalah mumi-mumi Chinchorro. Orang-orang Chinchorro dari Amerika Selatan mulai mengawetkan mayat mereka sekitar 7.000 tahun yang lalu dan mumi-mumi mereka telah menjadi salah satu keajaiban arkeologi Andes.

UNESCO baru-baru ini mengakui nilai budaya dan pentingnya mumi-mumi Chinchorro dengan memasukkannya ke dalam Daftar Warisan Dunia. Bernardo Arriaza, ahli mumi sekaligus antropolog Chile, menjelaskan pentingnya pengakuan ini dengan mengatakan, "UNESCO memvalidasi di tingkat internasional, melalui para ahli yang berbeda, bahwa permukiman dan mumifikasi buatan dari budaya Chinchorro memiliki nilai luar biasa, yang memiliki kepentingan global."

Orang-orang Chinchorro adalah orang-orang yang mendiami pantai Gurun Atacama di tempat yang sekarang disebut Chile utara dan Peru selatan antara tahun 7000 dan 1500 Sebelum Masehi. Orang-orang dari budaya ini mengandalkan penangkapan ikan, berburu, dan kegiatan mengumpulkan untuk penghidupan mereka.

Situs-situs Chinchorro yang paling awal diketahui berasal dari 7000 Sebelum Masehi. Adapun kegiatan mumifikasi yang orang-orang Chinchorro lakukan, berdasarkan bukti-bukti saat ini, berasal dari sekitar tahun 5000 Sebelum Masehi. Ini berarti mumi-mumi Chinchorro berusia sekitar dua abad lebih tua dari mumi-mumi Mesir kuno.

Mumi-mumi Chinchorro pertama kali diidentifikasi pada tahun 1917 oleh arkeolog Jerman bernama Max Uhle. Penggalian lebih lanjut menunjukkan bahwa mumi-mumi tersebut tersebar di sepanjang pantai dan terkonsentrasi antara Arica dan Camerones.

Baca Juga: Misteri Mumi Manusia Tollund Terpecahkan Berkat Makanan Terakhirnya

Salah satu mumi Chinchorro yang dipajang di museum di Chile. (Servicio Nacional del Patrimonio Cultural)

 

Pada tahun 1983, penemuan mumi-mumi Chinchorro yang terbesar dan terawetkan dengan baik ditemukan. Penemuan ini tidak dilakukan oleh para arkeolog, tetapi oleh perusahaan air Arica saat memasang pipa-pipa air baru di dekat kaki El Morro.

Max Uhle awalnya mengidentifikasi tiga kategori mumifikasi orang-orang Chinchorro. Namun seiring dengan kompleksitas yang meningkat atas mumi-mumi Chinchorro yang ditemukan dari waktu ke waktu, para arkeolog telah memperluas penjelasannya.

Ancient Origins mencatat, dua metode yang paling umum digunakan dalam mumifikasi orang-orang Chinchorro adalah teknik Black Mummy dan Red Mummy. Teknik Black Mummy digunakan dari sekitar tahun 5000 hingga 3000 Sebelum Masehi. Teknik ini melibatkan pemotongan, di mana bagian kepala, lengan, dan kaki dipenggal lebih dulu. Kemudian, tubuhnya dikeringkan dengan panas, dan dagingnya benar-benar terlepas dari tulangnya. Tengkorak itu kemudian dipotong menjadi dua, setinggi mata, untuk menghilangkan otaknya.

 

Setelah mengeringkan tengkorak, bagian itu dikemas dengan material pengawet dan diikat kembali. Sisa bagian tubuh yang lainnya juga disatukan kembali. Untuk memperkuat anggota badan dan tulang belakang, tongkat digunakan di bawah kulit. Tubuh juga dikemas dengan material seperti tanah liat dan bulu.

Tengkorak itu kemudian disambungkan kembali ke tubuh yang telah disatukan kembali dengan bagian-bagian lainnya. Pasta abu putih digunakan untuk menutupi tubuh dan juga untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh proses pemasangan kembali bagian-bagian tubuh yang sebelumnya dipenggal. Selanjutnya, pasta abu putih juga digunakan untuk mengisi bagian wajah orang mati tersebut.

Teknik Red Mummy digunakan dari sekitar tahun 2500 hingga 2000 Sebelum Masehi. Teknik ini adalah metode yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan teknik Black Mummy. Dalam teknik ini, orang-orang Chinchorro membuat sayatan di badan dan bahu orang mati untuk mengeluarkan organ dalam dan mengeringkan rongga tubuh. Untuk menghilangkan otak, kepala dipotong dari tubuh.

Baca Juga: Juanita, Mumi Gadis Es Inca yang Tubuhnya Dikurbankan di Gunung Ampato

Mumi Chinchorro berusia 7.000 tahun, dua abad lebih tua daripada mumi-mumi Mesir kuno. (Servicio Nacional del Patrimonio Cultural)

Seperti teknik Black Mummy, bagaimanapun, tubuh diisi dengan berbagai material agar terlihat lebih mirip manusia. Selain itu, tongkat digunakan untuk memberikan dukungan struktural. Bekas sayatan kemudian dijahit, dan kepala ditempatkan kembali pada badan. Sebuah wig, terbuat dari jumbai rambut manusia ditempatkan di kepala, dan ditahan di tempatnya oleh "topi" yang terbuat dari tanah liat hitam. Segala bagian yang lain, selain wig ini, dan seringkali termasuk wajah, kemudian akan dicat dengan oker merah.

Arriaza, yang juga direktur Chinchorro Center di Tarapaca Univeristy di Kota Arica, mengatakan bahwa metode-metode mumifikasi ini menunjukkan bahwa "Tubuh-tubuh mumi ini dibuat dengan sangat halus oleh para spesialis. Ada kehalusan, kreativitas, dari populasi-populasi pertama ini."

Selain karena usia mereka yang sangat tua, bahkan yang tertua di dunia, mumi-mumi Chinchorro bernilai penting karena tampaknya juga mencerminkan kepercayaan spiritual orang-orang Chinchorro kuno.

Baca Juga: Arkeolog Menemukan Mumi Putri Bertato Berusia 2.500 Tahun di Siberia

Mumi Chinchorro yang dimumifikasi dengan teknik Black Mummy. (Daderot/Wikimedia Commons)

Meskipun alasan pasti mengapa orang-orang Chinchorro memumikan mayat mereka tidak diketahui, ada beberapa teori yang dikemukakan para peneliti. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa mumifikasi ini dilakukan untuk melestarikan sisa-sisa orang yang mereka cintai untuk akhirat, sementara teori lain yang diterima secara umum adalah bahwa ada semacam pemujaan terhadap nenek moyang mereka.

Salah satu ciri khas yang paling mengesankan dari mumi-mumi Chinchorro adalah skala di mana praktik mumifikasi ini dilakukan. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 300 mumi Chinchorro yang ditemukan. Tidak seperti orang-orang Mesir kuno yang melakukan mumifikasi untuk kalangan bangsawan dan elite saja, komunitas Chinchorro memberikan semua orang, tanpa memandang usia atau status, ritus suci ini.

Keputusan pelestarian egaliter ini terbukti dalam mumifikasi semua anggota masyarakat Chinchorro, baik pria, wanita, orang tua, anak-anak, bayi, maupun janin yang keguguran. Faktanya, seringkali anak-anak dan bayi menerima perawatan mumifikasi yang paling rumit.

Baca Juga: Misteri Mumi Manusia Tollund Terpecahkan Berkat Makanan Terakhirnya