Sebelumnya, hanya Portugis yang memiliki informasi mengenai pelayaran ke dunia timur dan negeri itu menyimpan pengetahuannya rapat-rapat.
Semua tahu apa yang terjadi kemudian. Belanda datang ke Pulau Jawa dan mendirikan perusahaan multinasional pertama di dunia pada tahun 1602, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Sejak itu, kekayaan alam Indonesia bagai terisap ke Belanda.
Pada akhir abad ke-16 itu, pengetahuan diperoleh dari buku. “Paman Google” yang sekarang ini sangat populer tentu saja belumlah lahir. Bersenjatakan sebuah buku dan peta Van Linschoten, Belanda sukses dalam ekspansinya ke Asia, termasuk ke Indonesia yang diberinya nama Hindia Belanda.
Baca Juga: Gara-gara Rempah: Pencurian Peta Hingga Ekspedisi Compagnie van Verre
Peta itu adalah modalnya. Benar bahwa pengetahuan dan kemajuan teknologi navigasi Belanda pada abad itu telah membawa ke zaman keemasan. Dua faktor penentu ini masih berlaku hingga sekarang.
Walau sejarah membuktikan bahwa penjajahan di suatu negara hanya melahirkan ketertinggalan, seperti terjadi di banyak negara bekas jajahan, pengetahuan dan teknologi tetaplah menjadi penentu kemajuan.
Peta Van Linschoten berjudul The Moluccan Islands, in His Discours of Voyages into ye Easte & West Indies: Divided into Four Books itu dapat dilihat di Perpustakaan Nasional Australia, Canberra.
Peta itu beserta puluhan peta kuno lain terpampang rapi di pameran bertajuk Mapping Our World: Terra Incognita to Australia yang bercerita tentang mimpi dan penjelajahan orang Eropa ke dunia selatan sepanjang 3.000 tahun.
Baca Juga: Kartografi yang Mengungkap Misteri Kehidupan dan Perilaku Satwa Liar