Linschoten, Kartografer Belanda yang Menentukan Takdir Nusantara

By National Geographic Indonesia, Minggu, 1 Agustus 2021 | 16:57 WIB
Salah satu peta dari Linschoten dalam bukunya yang sohor, Itinerario, terbit pada 1596. Inilah peta Timur Jauh yang diterbitkan pertama kali; melukiskan lokasi Cina, Jepang, Korea, Asia Tenggara, Fili­pina, Selat Malaka, Kalimantan, hingga Jawa. Linschoten menggunakan sumber utama peta Portugal. (Koleksi Barry Lawrence Ruder­man, Antique Maps Inc. )

Nationalgeographic.co.id—Secarik kertas berukuran satu meter persegi mungkin tak berarti apa-apa. Namun, kertas abad ke-16 yang memuat peta pulau-pulau di Indonesia ini sempat menentukan nasib Indonesia.

Rumor beredar di Eropa pada akhir abad ke-16 bahwa Portugis sedang 'kedodoran' menangani perdagangan rempah-rempah di Batavia. Sementara itu Kerajaan Belanda sedang bersiap-siap melakukan ekspedisi.

Ahli kartografi Jan Huygen van Linschoten buru-buru merampungkan bukunya yang berjudul Itinerario (terbit 1596) dan peta Indonesia lengkap dengan petunjuk navigasi (1598).

 

Sebelumnya, hanya Portugis yang memiliki informasi mengenai pelayaran ke dunia timur dan negeri itu menyimpan pengetahuannya rapat-rapat.

Semua tahu apa yang terjadi kemudian. Belanda datang ke Pulau Jawa dan mendirikan perusahaan multinasional pertama di dunia pada tahun 1602, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Sejak itu, kekayaan alam Indonesia bagai terisap ke Belanda.

Pada akhir abad ke-16 itu, pengetahuan diperoleh dari buku. “Paman Google” yang sekarang ini sangat populer tentu saja belumlah lahir. Bersenjatakan sebuah buku dan peta Van Linschoten, Belanda sukses dalam ekspansinya ke Asia, termasuk ke Indonesia yang diberinya nama Hindia Belanda.

Baca Juga: Gara-gara Rempah: Pencurian Peta Hingga Ekspedisi Compagnie van Verre

Potret Jan Huygen van Linschoten (1563 – 8 Februari 1611). Seorang pedagang dan sejarawan Belanda. Dengan sembunyi-sembunyi Linschoten menyalin peta-peta rute pelayaran yang sangat dirahasiakan Portugis selama lebih dari satu abad. (Koleksi Barry Lawrence Ruder­man, Antique Maps Inc. )

Peta itu adalah modalnya. Benar bahwa pengetahuan dan kemajuan teknologi navigasi Belanda pada abad itu telah membawa ke zaman keemasan. Dua faktor penentu ini masih berlaku hingga sekarang.

Walau sejarah membuktikan bahwa penjajahan di suatu negara hanya melahirkan ketertinggalan, seperti terjadi di banyak negara bekas jajahan, pengetahuan dan teknologi tetaplah menjadi penentu kemajuan.

Peta Van Linschoten berjudul The Moluccan Islands, in His Discours of Voyages into ye Easte & West Indies: Divided into Four Books itu dapat dilihat di Perpustakaan Nasional Australia, Canberra.

Peta itu beserta puluhan peta kuno lain terpampang rapi di pameran bertajuk Mapping Our World: Terra Incognita to Australia yang bercerita tentang mimpi dan penjelajahan orang Eropa ke dunia selatan sepanjang 3.000 tahun.

Baca Juga: Kartografi yang Mengungkap Misteri Kehidupan dan Perilaku Satwa Liar

Peta Van Linschoten memuat Pulau Jawa, Borneo, dan pulau-pulau di Maluku. Walau berwarna kuning kusam, garis-garis batas pulau dan nama-namanya masih jelas. Namun, pihak museum tidak mengizinkan pengunjung memotret peta-peta ataupun koleksi lain yang tersimpan di dalamnya.

Tampaknya Eropa lebih dulu tertarik kepada Asia, termasuk Indonesia, daripada benua besar di Bumi belahan selatannya. Pada abad ke-15, negara-negara Eropa, dipacu oleh kemajuan teknologi pelayaran, berlomba-lomba mengarungi lautan ke selatan. Tujuan utamanya adalah untuk berdagang dan menemukan daerah baru.

Baca Juga: Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku

Alam Semesta, Bumi di tengah, dikelilingi oleh lima planet, matahari dan bulan, dalam tanda-tanda zodiak. Gambar yang tercipta dari daya imajinasi Macrobius Ambrosius Theodosius, yang hidup sekitar 400 Masehi. (Wikipedia Commons)

Informasi-informasi yang dikumpulkan dalam pelayaran ini diberikan kepada para ahli kartografi untuk pembuatan peta. Dari sinilah orang Eropa untuk pertama kali berhasil membuat peta dunia.

Imajinasi manusia nyatanya merupakan kekuatan yang luar biasa. Sebelum teknologi pelayaran berkembang, Macrobius dengan daya imajinasinya percaya bahwa ada orang hidup di belahan bumi selatan yang berdiri dengan kaki yang bertolak belakang dengan orang-orang di Eropa. Dengan kata lain, ia memvisualisasikan sebuah Bumi yang bulat.

Dan, begitulah peta imajinasi buatan Macrobius: peta kuno yang tampak sangat sederhana, tetapi memuat sebuah kebenaran yang kemudian terbukti.

Baca Juga: Kartografi yang Mengungkap Misteri Kehidupan dan Perilaku Satwa Liar