Para Astronom Menemukan Planet Raksasa Berusia 7,4 Miliar Tahun

By Ricky Jenihansen, Selasa, 3 Agustus 2021 | 17:00 WIB
Ilustrasi Planet ekstrasurya raksasa Kepler-1704b (Sci-News.com)

Para astronom dari Giant Outer Transiting Exoplanet Mass (GOT 'EM) Survey telah menemukan planet raksasa. Planet itu memiliki lintasan orbital panjang yang mengelilingi bintang Kepler-1704 berusia 7,4 miliar tahun. Temuan ini telah diunggah di pre print arXiv dan akan dipublikasikan di Astronomical Journal.

Paul Dalba, astronom University of California, Riverside mengatakan bahwa planet ekstrasurya atau planet di luar sistem tata surya yang baru ditemukan tersebut diberi label Kepler-1704b. Planet itu merupakan super Jupiter, obyek astronomi yang lebih besar dari planet Jupiter. Massanya mencapai 4,15 kali massa Jupiter, menjadikannya super Jupiter yang sangat besar yang telah ditemukan hingga saat ini.

Temuan tersebut berdasarkan survei kecepatan radial (RV). Para peneliti menganalisis 14 pengukuran kecepatan radial Kepler-1704 pada teleskop Keck I di W.M. Observatorium Keck selama 9,6 tahun.

 

Observatorium Keck adalah dua teleskop obesvatorium astronomi yang berada di dekat puncak Mauna Kea, di negara bagian Amerika Serikat, Hawaii. Berada di ketinggian 4.145 meter, kedua teleskop tersebut memiliki 10 meter cermin primer, menjadikannya salah satu teleskop astronomi terbesar yang ada saat ini.

Para peneliti menjelaskan, dari hasil analisis, super Jupiter tersebut mengorbit bintang induknya setiap 989 hari sekali, dalam orbit yang sangat eksentrik. Menurut peneliti, obyek astronomi yang memiliki orbit sangat eksentrik adalah laboratorium yang berharga untuk menguji teori migrasi eksentrisitas tinggi.

Migrasi planet terjadi ketika sebuah planet atau benda lainnya di orbit sekitar sebuah bintang berinteraksi dengan cakram gas atau planetesimal. Interaksi itu kemudian mengakibatkan perubahan parameter orbitnya. Di mana sebuah planet raksasa bertukar energi orbital dan momentum sudut dengan satu atau lebih objek lain dalam sistemnya. Dan kemudian mengalami sirkularisasi pasang surut selama lintasan periastron atau titik terdekat antara dua bintang dalam sistem biner.

Baca Juga: Inilah 4 Planet Paling Terang Yang Dapat Terlihat di Bulan Agustus

Observatorium Keck terletak di Hawaii, W. M (Ethan Tweedie Photography/W. Observatorium M. Keck)

“Migrasi planet raksasa biasanya digunakan untuk menjelaskan arsitektur sistem exoplanet saat ini,” tulisnya dalam laporan seperti dilansir sci-news.

Garis dasar RV yang didapat dari pengamatan selama satu dekade menggunakan teleskop Keck I, memungkinkan para peneliti juga untuk mengukur orbit dan komposisi elemen berat massal Kepler-1704 b.

Menurutnya, Kepler-1704 b adalah super Jupiter panas yang gagal yang kemungkinan besar tereksitasi ke eksentrisitas tinggi dengan peristiwa hamburan yang mungkin dimulai selama fase akresi gasnya. Suatu keadaan tereksitasi adalah keadaan apapun dengan energi yang lebih besar dari keadaan dasar.

Baca Juga: Bisakah Mikroba Berkomunikasi dengan Spesies Asing Seperti Alien?

Ilustrasi Planet Jupiter dan Super Jupiter (Pinterest)

“Perbedaan maksimum dari suhu keseimbangan planet yang dihasilkan dari orbit yang memanjang dan eksentrik ini adalah lebih dari 700 Kelvin, bervariasi dari 180 Kelvin hingga 900 Kelvin,” jelasnya.

Bintang induknya, Kepler-1704, sedikit lebih besar, lebih masif, dan lebih bercahaya daripada Matahari di sistem tata surya. Juga dikenal sebagai KOI-375, TIC 350738167, dan KIC 12356617, terletak sekitar 2.691 tahun cahaya di konstelasi Cygnus.

Untuk diketahui, penemuan super Jupiter pertama kali adalah pada tahun 2009 oleh ilmuwan Paris Observatory di Paris. Sebuah planet yang kemudian dinamai HR8799e dan berjarak 29 tahun cahaya dari Bumi. Hingga saat ini, telah ratusan super Jupiter yang ditemukan, beberapa di antaranya panas, dan beberapa lainnya dingin.

Kepler-1704b, menurut peneliti, merupakan super Jupiter yang unik. Memiliki sistem yang luar biasa karena eksentrisitasnya yang tinggi dan ekstrim. "Karakterisasi lanjutan dari sistem menjanjikan untuk menyempurnakan teori yang menjelaskan pembentukan super Jupiter panas dan planet raksasa dingin seperti yang ada di Tata Surya," jelasnya.

Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, Astronom Menemukan 'Piringan Pembentuk Bulan'