“Mati seperti yang dia alami tiba-tiba, alasan mengapa dia bisa mencapai abad ke-21 dengan detail yang terpelihara dengan baik karena dia tidak terkena predator dan makhluk lain yang bisa telah mengganggu tubuhnya,” sambungnya.
Setelah dilakukan CT Scan, hasil menunjukan bahwa anak serigala itu berusia sekitar enam hingga delapan minggu ketika dia meninggal.
Studi tersebut mencatat bahwa sementara fosil serigala purba relatif umum di Yukon atau Alaska yang bertetangga, mumi mamalia yang lebih besar jarang ditemukan.
"Kami pikir dia berada di sarangnya dan meninggal seketika karena sarangnya runtuh," kata Meachen.
Baca Juga: Kisah Sedih Laika si Anjing Luar Angkasa dan Perjalanannya ke Orbit
"Data kami menunjukkan bahwa dia tidak kelaparan dan berusia sekitar 7 minggu ketika dia meninggal, jadi kami merasa sedikit lebih baik mengetahui anak serigala yang malang itu tidak menderita terlalu lama," paparnya.
Melalui pengujian DNA Zhùr dan 29 serigala purba serta serigala masa kini lainnya, para ilmuwan juga dapat menghubungkan genetikanya dengan serigala abu-abu Beringian dan Siberia kuno, serta serigala abu-abu modern.
“Kami telah ditanya mengapa dia adalah satu-satunya serigala yang ditemukan di sarang, dan apa yang terjadi pada ibu atau saudara-saudaranya,” kata Meachen.
“Bisa jadi dia adalah anak anjing satu-satunya. Atau serigala lain tidak ada di sarang selama keruntuhan. Sayangnya, kita tidak akan pernah tahu,” tutupnya.
Bukan hal yang aneh menemukan fosil serigala abu-abu di Alaska dan Yukon yang berasal dari Pleistosen Akhir, meskipun sangat tidak biasa untuk menjumpai yang terawetkan dengan baik.
Baca Juga: 6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing