Arktika Rusia Kehilangan Miliaran Ton Es Karena Iklim Menghangat

By Ricky Jenihansen, Kamis, 5 Agustus 2021 | 11:00 WIB
Pemandangan udara Severnaya Zemlya di Kutub Utara Rusia. (Zerskar via Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian dari Tim University of Edinburgh menemukan bahwa Gletser dan lapisan es di dua kepulauan di Kutub Utara (arktik) Rusia kehilangan miliaran ton es karena iklim menghangat. Jumlah tersebut cukup untuk mengisi hampir lima juta kolam renang ukuran Olimpiade setiap tahun.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Geophysical Research itu berdasarkan pemetaan data yang dikumpulkan oleh satelit penelitian CryoSat-2 Badan Antariksa Eropa (ESA). Tujuannya untuk memantau perubahan ketinggian permukaan dan massa lapisan es dan gletser.

Satelit penelitian CryoSat-2 merupakan satelit penelitian lingkungan Badan Antariksa Eropa yang digunakan dan dapat memberikan para ilmuwan data tentang es di kutub dan melacak perubahan ketebelan es. Instrumen utamanya dapat mengukur perbedaan ketinggian antara es mengapung dan air terbuka.

Dari data satelit itu, diketahui bahwa jumlah es yang hilang antara 2010 hingga 2018 dapat membuat wilayah seukuran Belanda berada 7 kaki atau sekira 2 meter di bawah air. "Hilangnya es yang signifikan di Kutub Utara Rusia akan memiliki dampak yang jelas bagi kenaikan permukaan laut," kata penulis utama Dr Paul Tepes, dari Fakultas GeoSciences, University of Edinburgh's School.

Diketahui, Perairan Atlantik yang semakin hangat terdapat di sepanjang tepi benua Eurasia. Pemanasan Samudra Arktik tampaknya memainkan peran kunci dalam mempercepat hilangnya es dari dua kelompok pulau besar yang berbatasan dengan Laut Kara, kata para peneliti.

Analisis tim menunjukkan bahwa kepulauan Novaya Zemlya dan Severnaya Zemlya, yang mencakup area gabungan sekitar 50.000 mil persegi, kehilangan 11,4 miliar ton es setiap tahun antara 2010 dan 2018. Temuan serupa juga diketahui dari Greenland timur.

Baca Juga: Kabar Arktika: Penemuan Populasi Beruang Kutub di Lautan Chukchi

Suhu Samudera Atlantik terus menghangat beberapa dekade terakhir. (NOAA)

 

Sejak 2010, kehilangan tersebut didorong oleh peningkatan ablasi atau pengikisan permukaan, dan perubahan dramatis dalam dinamika es di cekungan drainase individu di seluruh Arktik Tinggi Eurasia.

Menurut peneliti, penipisan es telah berdampak besar pada stabilitas beberapa gletser dan lapisan es di kawasan itu, yang selanjutnya dapat meningkatkan hilangnya es di masa depan.

Dibandingkan dengan ukuran gletser yang relatif kecil, lapisan es adalah kumpulan es besar setebal beberapa ratus meter yang menutupi area hingga sekitar 8.000 mil persegi di wilayah tersebut. Beberapa di antaranya menyimpan es hingga 12.000 tahun, yang memberi para ilmuwan catatan jangka panjang yang berharga tentang iklim Arktik.

Baca Juga: 'Zombi Arktika' Berusia 24.000 Tahun Dihidupkan Kembali oleh Imuwan

 

Temuan dari penelitian tersebut menambah badan penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi di Samudra Arktik menjadi lebih seperti di Atlantik Utara, yang jauh lebih hangat.

"Arktik Rusia sebagian besar tidak dapat diakses, tetapi data satelit telah memungkinkan kami untuk memantau perubahan pada lapisan es dan gletsernya," kata Tepes.

Seperti yang telah diamati di tempat lain di dunia, hilangnya es di wilayah itu semakin cepat. Seiring dengan iklim yang terus menghangat.

Baca Juga: Melepaskan Hewan ke Arktika Bisa Bantu Melawan Perubahan Iklim?

Pencairan es sebagai dampak pemanasan global.. (Zika Zakiya)

Studi tersebut, para peneliti menjelaskan, dapat membantu memprediksi hilangnya es di masa depan di daerah yang mengalami pola perubahan suhu atmosfer dan laut yang serupa. Penelitian tersebut juga dapat meningkatkan prediksi permukaan laut global.

Sebelumnya, analisis dari tim peneliti dari University College London (UCL) juga telah melaporkan bahwa es di laut Arktik mencair 2 kali lebih cepat saat ini. Laporan tersebut memiliki implikasi yang mengkhawatirkan bagi perubahan iklim global.

Seperti diketahui, wilayah Arktik hingga saat ini telah menjadi rumah bagi jutaan kilometer persegi es yang sangat penting untuk menjaga Bumi tetap dingin. Namun beberapa dekade terakhir Bumi terus menghangat dan menimbulkan kekhawatiran global.

Baca Juga: Lepaskan Karbon dan Virus, Ini yang Terjadi Saat Permafrost Mencair