Keranjang Berusia 2.400 Tahun Ditemukan di Mesir, Isinya Masih Utuh

By Utomo Priyambodo, Jumat, 6 Agustus 2021 | 16:00 WIB
Tanah kuburan kuno dan artefaknya yang ditemukan di Thonis Heracleion, kota bawah laut di Mesir. (Christoph Gerigk ©FranckGoddio/Hilti Foundation)

 

Goddio dan rekan-rekannya di European Institute for Underwater Archaeology (IEASM) menemukan keranjang-keranjang kuno itu setelah bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir. Para peneliti telah mensurvei Thônis-Heracleion, kota pelabuhan kuno di Mediterania, sejak kota itu ditemukan kembali pada 2001, menurut Egypt Independent.

Keranjang-keranjang itu tersimpan di sebuah ruangan bawah tanah dan mungkin merupakan barang-barang persembahan pemakaman, lapor Greek City Times. Di dekat keranjang-keranjang itu, para peneliti menemukan tumulus atau gundukan pemakaman berukuran 197 kaki kali 26 kaki. Selain itu, mereka juga menemukan sederetan barang pemakaman Yunani yang kemungkinan besar ditinggalkan oleh para pedagang dan tentara bayaran yang tinggal di daerah tersebut.

“Di mana-mana kami menemukan bukti material yang terbakar,” kata Goddio dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNN.

“Upacara spektakuler pasti terjadi di sana. Tempat itu pasti telah disegel selama ratusan tahun karena kami tidak menemukan benda apa pun yang berasal dari setelah awal abad keempat Sebelum Masehi, meskipun kota itu hidup selama beberapa ratus tahun setelah itu.”

Baca Juga: Kapal dan Kuburan Kuno Ditemukan di Kota Bawah Laut di Mesir

Fragmen dari keranjang anyaman kuno yang ditemukan di Mesir. (Christoph Gerigk/Franck Goddio/Hilti Foundation)

Benda-benda lain yang ditemukan di atau di sekitar tumulus adalah tembikar kuno, artefak perunggu, dan patung-patung yang menggambarkan dewa Mesir Osiris.

“Kami menemukan ratusan deposit yang terbuat dari keramik,” kata Goddio kepada The Guardian. “Benda-benda itu saling menumpuk. Benda-benda itu adalah keramik impor, berwarna merah di atas corak hitam.”

Thônis-Heracleion didirikan sekitar abad kedelapan Sebelum Masesehi. Menurut situs web Goddio, kota itu berfungsi sebagai "pelabuhan wajib masuk ke Mesir untuk semua kapal yang datang dari dunia Yunani" sebelum berdirinya Alexandria sekitar tahun 331 Sebelum Masehi.

Seorang penyelam yang menyelidiki repihan kota Thônis-Heracleion, yang tenggelam di dasar laut. (Franck Goddio/ IEASM)

Pernah menjadi pusat perdagangan maritim, kota ini tenggelam ke Mediterania pada abad kedelapan Masehi. Beberapa sejarawan mengaitkan kejatuhan kota metropolitan atau metropolis itu dengan naiknya permukaan laut dan runtuhnya sedimen yang tidak stabil, seperti yang pernah dilaporkan Oxford Mail pada 2015. Yang lain berpendapat bahwa gempa bumi dan gelombang pasang menyebabkan segmen Delta Nil seluas 42 mil persegi runtuh ke laut, menurut CNN.

Seperti yang dilaporkan oleh Art Newspaper pada tahun 2016, para ahli pernah berpikir bahwa Heracleion —direferensikan oleh sejarawan Yunani Herodotus pada abad kelima Sebelum Masehi— adalah kota yang terpisah dari Thônis, yang sebenarnya adalah nama Mesir untuk situs tersebut. Sebuah tablet yang ditemukan oleh tim Goddio pada tahun 2001 membantu para peneliti menyimpulkan bahwa kedua lokasi itu satu dan sama.

Baca Juga: Kota Pavlopetri, Kota Bawah Laut Tertua di Dunia Berusia 5.000 Tahun

 

Memulihkan objek dari reruntuhan Thônis-Heracleion adalah tugas yang melelahkan karena ada lapisan sedimen pelindung yang menutupinya.

“Tujuannya adalah untuk belajar sebanyak mungkin dari hasil penggalian kami tersebut tanpa merusaknya,” kata Goddio kepada Art Newspaper pada 2016.

Sebelumnya para peneliti telah menemukan banyak artefak kuno di Thônis-Heracleion, termasuk lebih dari 700 jangkar kuno, koin dan timbangan emas, dan puluhan sarkofagus batu kapur kecil yang berisi sisa-sisa mumi hewan, menurut Oxford Mail. Bulan lalu, para arkeolog juga sempat menemukan kapal militer peninggalan abad kedua Sebelum Masehi yang masih terpelihara dengan baik di bagian berbeda dari situs kota tersebut.

Para ahli berharap bisa menemukan lebih banyak artefak di situs tersebut di masa depan. Berbicara dengan The Guardian, Goddio memperkirakan bahwa hanya 3 persen dari kota-kota tenggelam di dunia yang telah dipelajari dalam 20 tahun terakhir ini.