Sementara itu, anak singa kedua yang berjenis kelamin betina ditemukan pada tahun 2018. Sparta, demikian nama singa kedua itu, ditemukan di bantaran sungai yang sama, hanya berjarak 15 meter dari tempat penemuan Boris.
"Sparta mungkin merupakan jasad hewan zaman es paling awet yang kami temukan. Bulunya mungkin sedikit berantakan, tetapi cambangnya masih terjaga," ungkap Love Dalen kepada CNN. Dalen merupakan profesor evolusi genetik di Centre for Palaeogenetics di Stockholm, Swedia. "Sementara [jasad] Boris sendiri sedikit rusak, tetapi masih cukup baik," lanjutnya.
Para peneliti cukup berhati-hati sebelum menganalisis kedua singa ini. Sebelum diteliti, pengujian dilakukan untuk melihat apakah mereka membawa penyakit menular seperti antraks dan bruselosis. Setelah dinyatakan negatif dari infeksi, barulah peneliti mulai melakukan analisis terhadap kedua singa ini.
Baca Juga: Ilmuwan Hidupkan Kembali Sel Mammoth Purba Berusia 28.000 Tahun
Dalam melakukan penelitian, para peneliti melakukan sejumlah metode untuk menelusuri seluk beluk kedua singa ini. Dengan mengekstrak DNA dari keratin yang terkandung di bulu dan kuku singa, para peneliti mampu menemukan jenis kelamin dari Boris dan Sparta.
Selain itu, mereka juga melakukan penanggalan karbon terhadap jaringan tubuh kedua singa ini. Pada awalnya, para peneliti sempat mengira bahwa kedua singa ini bersaudara, tetapi hasil penanggalan karbon terhadap kedua fosil tersebut menyatakan sebaliknya. Fosil Boris berusia sekitar 43.000 tahun, sementara fosil Sparta berusia 27.000 tahun. Perbedaan usia yang sangat jauh untuk lokasi penemuannya yang sangat dekat.
Pemindaian tomografi (CT Scan) terhadap kedua singa ini menunjukkan bahwa mereka sama-sama berumur 1-2 bulan saat kematian mereka. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana ajal menjemput mereka, tetapi peneliti tidak menemukan bekas serangan hewan lain di kedua tubuh mereka. Seperti dilansir dari CNN, pemindaian hanya menemukan retak di bagian tengkorak dan dislokasi rusuk.
Baca Juga: Lima Kucing Terbesar yang Hidup di Alam Liar: Harimau hingga Puma
"Mengingat keawetan jasad mereka, kemungkinan besar mereka terkubur dengan sangat cepat," tutur Dalen kepada CNN, "mungkin mereka terjebak longsor, atau jatuh ke dalam retakan permafrost." Menurutnya, retakan ibun abadi kerap terjadi akibat pelelehan dan pembekuan saat pergantian musim.
Penemuan kedua singa ini melengkapi koleksi anak singa beku yang ditemukan di Siberia. Dalam periode 2015 hingga 2018, peneliti telah menemukan empat anak singa yang terkubur di bantaran sungai. Sebelumnya, mereka bahkan menemukan jasad dari beragam hewan zaman es, dari serigala, beruang, mamut, badak berbulu, kuda Lena, rusa, hingga bison stepa.
Penelitian ini tidak berhenti sampai di sini saja. Saat ini, mereka tengah melakukan sekuens DNA untuk mengetahui genealogi dan sejarah evolusi dari spesies singa gua ini.
Baca Juga: Apa yang Terjadi Bila Kucing Purba Bertaring Pedang Sedang Sakit Gigi?