Mengenal Elisabeth Daynés, Pencipta Raga Manusia Purba Sangiran

By Galih Pranata, Minggu, 8 Agustus 2021 | 10:00 WIB
Potret Élisabeth Daynès, seorang skulptor Perancis yang berjasa dalam merekonstruksi Hominid Sangiran. (P. Plailly)

 

Elisabeth Daynés merupakan seorang Perancis yang ahli dalam seni melukis dan ikonografi (pembuatan patung). Ia lahir pada 1960 di Béziers, Perancis, mengawali karirnya pada 1981 sebagai pembuat topeng pertunjukan di Théâtre de la Salamandre, Lille. Pada 1984, Ia telah berhasil mendirikan studio patungnya sendiri di Paris yang diberi nama Atelier Daynès. Dengan keahlian yang dimiliki, mendorong dirinya menjadi pemahat dan pematung profesional yang menciptakan banyak karya fenomenal.

Selain menciptakan segala jenis dan bentuk hominid di Sangiran, karya milik Daynés diantaranya adalah Pharaoh Tutankhamun (bekerjasama dengan National Geographic), menciptakan rekonstruksi hominid di Museum in Montignac, Musée des Merveilles (Perancis), Field Museum of Natural History, Transvaal Museum (Amerika Serikat), Naturhistoriska riksmuseet (Swedia), dan Museum of Human Evolution (Spanyol).

Daynés membuat patung menggunakan pendekatan yang realistis. Dalam hal membuat wujud hominid (manusia purba), ia terlebih dahulu membuat struktur anatomi tubuh seperti membuat tengkorak dan kerangka. 

Baca Juga: Homo Erectus Bumiayu, Temuan Arkeologi Manusia Purba Tertua di Jawa

Potret Elisabeth Daynès di Sragen, Situs Sangiran dalam proyek rekonstruksi Homind Sangiran. (P. Plailly)

"Saya menggabungkan pendekatan forensik, teknologi, penelitian ilmiah, dan seni untuk menciptakan rekonstruksi hominid yang unik dan menunjukkan kepada publik secara luas mengenai pengetahuan kita tentang evolusi manusia," aku Daynès dalam tulisannya yang berjudul Bringing our ancestors back: an Art to serve Science yang dimuat dalam Museologia Scientifica yang diterbitkan tahun 2008.

Daynés membuat patung hominid dengan sangat realistis dan mengesankan. "Manusia purba kelihatan riil, detil sekali," ujar Indah Rahmawati Akbar, salah satu pengunjung di Museum Sangiran. Daynés menjelaskan bahwa bagian tersulit dan terpenting dalam proses rekonstruksi adalah dengan membuat otot di atas lapisan tengkorak dan kerangka sehingga terlihat lebih realistis dan detail. "Saya bekerja dengan spesialis anatomi komparatif dengan merekonstruksi tulang asli, kemudian rekonstruksi dimulai dengan peletakan jaringan otot di atas tengkorak. Tahap ini sangat penting," ia menutup tulisannya.

Baca Juga: Fosil Tengkorak Homo Longi di Harbin, Tiongkok Berusia 146.000 Tahun

Tahapan yang dilalui Élisabeth Daynès dalam merekonstruksi Hominid, Homo Neanherthal. (Élisabeth Daynès/Atelier Daynès Paris)

Berkat sentuhan tangannya, Sangiran telah diakui dunia sebagai situs purbakala yang sangat berharga. Penemuannya penting untuk umat manusia dalam mempelajari asal-usul kehidupan awal manusia. Sebagaimana yang dikutip dalam World Heritage Convention, UNESCO merilis pernyataan bahwa "Sangiran diakui oleh para ilmuwan sebagai salah satu situs paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia." Semua elemen dapat berkunjung dan belajar banyak hal di Museum Sangiran.

"Situs ini (Sangiran) disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (Tiongkok), Willandra Lakes (Australia), Olduval George (Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika Selatan), serta menjadi yang lebih baik dalam hal penemuan daripada yang lain," tutup UNESCO dalam laporannya.

Baca Juga: Meski Sudah Berevolusi, Ternyata Otak Homo Erectus Awal Mirip Kera