Nationalgeographic.co.id—Banyaknya gua karst di Sulawesi Selatan, menyimpan berbagai peninggalan prasejarah. Baru-baru ini para peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama Australian Research Center for Human Evolution dan Griffith Center for Social Science and Cultural Research dari Australia, berhasil mengungkapkan adanya lukisan cadas tertua di dunia.
Lukisan purba itu berada situs Gua Leang Tedongnge, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Usianya, 45.500 tahun! Gua itu sukar untuk dikunjungi karena dikelilingi oleh tebing kapur terjal.
Situs arkeologi ini baru ditemukan pada Desember 2017 oleh Basran Burhan bersama sejumlah mahasiswa arkeologi Universitas Hasanuddin, Makassar. Semenjak saat itu Balai Arkeologi Sulawesi Selatan dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melanjutkan penelitian tentang temuan lukisan cadas.
Baca Juga: Homo Erectus Bumiayu, Temuan Arkeologi Manusia Purba Tertua di Jawa
"Itu dibuat oleh Homo sapiens," terang Adhi, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional saat dihubungi National Geographic Indonesia, Kamis (14/01).
Dalam laporan mereka yang terbit Selasa (13/01) di Science Advances, lukisan tersebut berupa figuratif babi dengan kutil di tubuhnya, bersama dengan dua tangan yang diperkirakan berusia lebih muda sekitar 17.000 tahun.
Selain lukisan figuratif babi berkutil dengan dua tangan manusia, di dekatnya juga terdapat dua hingga tiga sosok babi serupa yang samar akibat pengelupasan dinding gua. Ketiga sosok babi tersebut diduga posisinya saling berhadapan.
"Ini menunjukkan seekor babi dengan jambul pendek dengan rambut tegak dan sepasang kutil wajah seperti tanduk di depan mata, ciri khas babi kutil Sulawesi jantan dewasa,” terang Adam Brumm, profesor dari Australian Research Center for Human Evolution yang memimpin penelitian tersebut.
"Babi [di dekat cap tangan] itu tampak mengamati perkelahian atau interaksi sosial antara dua babi kutil lainnya," terang Brumm dalam rilis.
Lukisan itu digambar dengan oker merah mengunakan jari tangan dan perkakas tambahan.
"Mungkin sebenarnya dari kuasannya itu ada yang pakai alat tambahan, pakai kayu yang ditumbuk. Kemungkinan juga pakai jari tangan, setebalnya sama kaya jari kita." ungkap Adhi mengenai cara pelukisannya. "Umumnya bewarna merah tua dan ungu, biasanya itu pakai hematit atau oker."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR