Catatan Harian Hidup Menggelandang di Melbourne

By , Rabu, 3 Desember 2014 | 10:11 WIB

Nadene Marsh mencoba hidup menggelandang selama satu minggu di Kota Melbourne, dan merasakan sendiri betapa beratnya kehidupan kaum gelandangan, terutama saat hujan.

Nadene adalah relawan di sebuah organisasi sosial yang menangani kaum gelandangan. Ia telah bertekad akan hidup menggelandang selama seminggu, paling tidak sekali sebulan.

Ia bermimpi untuk mendirikan pusat komunitas khusus bagi gelandangan yang tak punya rumah, terutama dari kalangan anak muda.

Menurut data, saat ini setidaknya terdapat 100.000 orang yang tidak memiliki tempat tinggal permanen di Australia.

Berikut catatan harian Nadene, yang "turun ke jalan" bersama anjingnya yang bernama Chico.!break!

Senin

Saya menemukan sebuah tempat yang cukup datar di sebuah taman, tetapi sayangnya tidak cukup terlindung. Bangun pukul 06.00 pagi saat gerimis, dan cepat-cepat berkemas sebelum hujan deras tiba.

Tidur di tempat terbuka harus selalu memperhatikan cuaca dan memiliki rencana darurat. Sayangnya, saya tidak memiliki hal itu. Tidak banyak tempat yang bisa saya datangi bersama Chico saat hujan seperti ini.

Saya dan Chico akhirnya berteduh di tribune tertutup pada sebuah stadion. Untungnya tak ada nyamuk, tetapi sangat bising, termasuk dari orang-orang yang juga turut berteduh. Saya tidak merasa aman di sini, tetapi lama-lama jadi terbiasa juga.

Hari ini sangat menyesakkan. Betapa beratnya kehidupan pada saat hujan.

Selasa

Terbangun dengan pemandangan balon udara di kejauhan. Lokasi ini cukup baik karena toiletnya tidak jauh. Jeleknya, banyak orang membawa anjingnya berjalan-jalan di sekitar sini. Saya lebih suka tidak dilihat orang, mungkin karena malu.

Siang hari, ada aksi demonstrasi yang menentang kekerasan dalam rumah tangga, serta aksi damai dari Homeless Person’s Union of Victoria di gedung parlemen.