Menghebohkan Sains, Misteri Penis Berkepala Empat Ekidna Terpecahkan

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 9 Agustus 2021 | 14:00 WIB
Seekor echidna berparuh pendek di Australia. (Live Science)

"Bagaimana tepatnya ekidna melakukan ini selalu menjadi misteri. Tetapi untuk pertama kalinya kami telah menguraikan apa yang terjadi secara anatomis," kata para peneliti studi dalam sebuah pernyataan.

Selain bentuknya yang khas, penis ekidna juga berbeda dengan mamalia lain. Alat kelamin jantan itu digunakan untuk reproduksi seksual dan bukan untuk buang air kecil.

Sebagai gantinya, ekidna menggunakan kloaka—lubang serbaguna untuk buang air kecil, buang air besar dan, pada wanita, bertelur. Saat tidak digunakan, penis ekidna ditarik ke dalam tubuh mereka dan keluar melalui lubang kloaka saat ereksi. Testis mereka, yang biasanya tidak memiliki skrotum, tetap berada di dalam tubuh mereka sepanjang waktu.

Sperma ekidna juga tidak biasa dan memiliki kemampuan luar biasa untuk dapat bekerja sebagai tim. "Sampel air mani ejakulasi mengandung bundel hingga 100 sperma yang bergabung di ujung kepala mereka sehingga membentuk bentuk seperti bola," Jane Fenelon, penulis utama studi dan ahli biologi reproduksi di University of Melbourne.

"Kumpulan ini telah diamati berenang secara progresif ke depan dalam pola yang kuat dan terkoordinasi, dan bundel yang lebih besar tampaknya berenang lebih baik daripada sperma individu atau bundel yang lebih kecil," sambungnya.

Baca Juga: Situasi Darurat: Perburuan dan Eksploitasi Landak di Indonesia

Tampilan jarak dekat dari penis berkepala empat yang muncul dari kloaka ekidna berparuh pendek. (Jane Fenelon)

“Sangat sedikit sperma hewan yang diketahui melakukan ini dan alasan di baliknya tidak diketahui,” kata Fenelon lagi.

Untuk memahami lebih lanjut tentang cara kerja penis ekidna, tim Fenelon beralih ke ekidna berparuh pendek (Tachyglossus aculeatus) di suaka margasatwa di Australia. Sayangnya, ekidna yang diselamatkan cenderung mengalami cedera, biasanya diakibatkan oleh tabrakan di jalan yang sangat parah sehingga hewan tersebut sering dieutanasia. Eutanasia merupakan tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan mahluk yang sakit berat atau terluka parah dengan kematian yang tenang atas dasar perikemanusiaan.

"Tapi untungnya bagi para peneliti, penis ekidna yang dieutanasia masih dalam kondisi cukup baik untuk dipelajari," tutur Fenelon.

Para peneliti mengambil ekidna yang di-eutanasia dan membuat model 3D dari penis mereka menggunakan CT scan khusus. CT scan normal hanya mendeteksi jaringan keras seperti tulang, sehingga para peneliti menodai penis dengan yodium untuk memungkinkan jaringan lunak dipetakan.

"Ini berarti kami dapat membuat model 3D dari seluruh penis ekidna dan struktur internalnya yang penting untuk melihat cara kerjanya," tulis para peneliti.

Baca Juga: Ini Cara Landak Kawin Tanpa Menyakiti Satu Sama Lain