Hackmanite adalah anggota keluarga dari Sodalite sulfur chloric sodium aluminium silikat yang langka. Bahan ini mengkristal dalam bentuk massa, formasi kubik dan oktahedral. Ini adalah salah satu dari sedikit mineral yang tenebrescence (dapat berubah warna saat terkena sinar matahari), serta reflektif UV.
Material ini juga dapat dilihat dalam berbagai warna seperti abu-abu, hijau, kuning, ungu, merah muda, dan biru, tetapi paling sering ditemukan dalam warna putih berdebu. Hackmanite pertama kali ditemukan di Greenland oleh L.H. Borgstroem pada 1901.
Borgstroem memberikan nama untuk mineral tersebut berdasarkan nama seorang ahli geologi Finlandia yang terkenal, Victor Axel Hackman. Deposit penting hackmanite terletak di Afghanistan, Myanmar, Kanada, Pakistan, Norwegia, dan Rusia. Meskipun begitu, tidak semua hackmanite dapat bersinar dalam gelap.
Baca Juga: Kristal Unik Langka Tercipta dari Hasil Uji Coba Bom Nuklir di AS
Seperti yang dilansir oleh Techexplorist.com, Isabella Norrbo, seorang peneliti Postdoctoral yang ikut serta dalam penelitian mengatakan, “Kami telah melakukan banyak penelitian dengan hackmanite sintetis dan telah mampu mengembangkan bahan dengan cahaya yang jelas lebih lama daripada hackmanite alami."
Dia menambahkan, "Namun, kondisi yang memengaruhi pendaran belum jelas sejauh ini.”
Hasil penelitian Isabella tentang hackmanite ini telah diterbitkan dalam jurnal ACS Publications pada 25 September 2020 yang berjudul ‘Hackmanite—The Natural Glow-in-the-Dark Material’. Penelitian tersebut dilakukan sebagai kerjasama antara ilmuwan dan tim internasional dari berbagai bidang.
Menurut Sami Vuori seorang kandidat doktor yang juga ikut dalam riset ini mengatakan, “Alam memiliki pengalaman luas dalam mengoptimalkan mineral, itulah sebabnya kami menggunakan hackmanite alami untuk mempelajari efek pijaran.”