Rotasi Bumi Melambat: Kita Tak Sadar, Tetapi Mendapat Manfaat Darinya

By Utomo Priyambodo, Senin, 9 Agustus 2021 | 18:00 WIB
Rotasi bumi melambat. (NASA/Nick Hague)

Ini berarti jendela siang hari di mana cyanobacteria dapat memompa oksigen sangat terbatas. Fakta inilah yang menarik perhatian ahli kelautan Brian Arbic dari University of Michigan. Dia bertanya-tanya apakah perubahan panjang hari di sepanjang sejarah Bumi berdampak pada fotosintesis.

"Ada kemungkinan bahwa jenis kompetisi serupa antara mikroba berkontribusi pada keterlambatan produksi oksigen di Bumi awal," jelas Klatt.

Untuk mendemonstrasikan hipotesis ini, tim peneliti melakukan eksperimen dan pengukuran pada mikroba, baik di lingkungan alami maupun di laboratorium. Mereka juga melakukan studi pemodelan terperinci berdasarkan hasil eksperimen mereka untuk menghubungkan sinar Matahari dengan produksi oksigen mikroba, dan produksi oksigen mikroba dengan sejarah Bumi.

Secara angka, dua hari yang masing-masing lamanya adalah 12 jam seharusnya serupa dengan satu hari yang lamanya 24 jam. Namun, itu tidak sama hasilnya bagi pelepasan oksigen dari tikar mikrob tersebut. Total oksigen yang dihasilkan dalam dua hari yang masing-masing lamanya 12 jam lebih sedikit dibanding dalam satu hari yang lamanya 24 jam.

Baca Juga: Empat Teori Aneh Stephen Hawking, Tetapi Hari Ini Terbukti Benar

Cyanobacteria yang mekar di permukaan air. Situasi ini dapat menghasilkan cyanotoxins. Mereka menghasilkan microcystin yang diketahui menyebabkan iritasi kulit, penyakit gastrointestinal, dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah jika tertelan. (Nashwaak Watershed)

Hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam model tingkat oksigen global, dan tim menemukan bahwa perpanjangan hari terkait dengan peningkatan oksigen Bumi. Bukan hanya terkait dengan Peristiwa Oksidasi Besar, melainkan juga oksigenasi atmosfer kedua yang disebut Peristiwa Oksigenasi Neoproterozoikum (Neoproterozoic Oxygenation Event) sekitar 550 hingga 800 juta tahun lalu.

"Kami menyatukan hukum fisika yang beroperasi pada skala yang sangat berbeda, dari difusi molekuler hingga mekanika planet. Kami menunjukkan bahwa ada hubungan mendasar antara panjang hari dan berapa banyak oksigen yang dapat dilepaskan oleh mikroba yang tinggal di tanah," papar Arjun Chennu, ilmuwan kelautan dari Leibniz Center for Tropical Marine Research di Jerman.

"Ini cukup menarik. Dengan cara ini kami menghubungkan tarian molekul di tikar mikrob dengan tarian planet kita dan Bulannya."

Laporan studi terbaru dari Judith Klatt dan rekan-rekannya ini telah terbit di jurnal Nature Geoscience pada 2 Agustus 2021.

Baca Juga: Kecepatan Bumi Melebihi Pesawat Jet. Mengapa Kita Tak Merasakannya?