Lobster yang sedang bertelur pun tidak boleh ditangkap. Hal itu dilakukan agar benih lobster tidak mengalami kepunahan dan bisa dipanen di musim berikutnya. Dengan demikian, ekosistem lobster di Rajaampat tetap melimpah.
Baca Juga: Benih Bening Lobster Tak Diekspor Lagi di Indonesia, Apakah Berhasil?
Tradisi Sasi Laut dapat menjadi langkah untuk menjaga kelestarian laut Rajaampat. Namun di samping itu, diperlukan juga sistem yang dapat memberikan kontribusi yang lebih luas terhadap keberlangsungan ekosistem Rajaampat.
Untuk mencegah overfishing, Indonesia sendiri telah mengembangkan kerangka kerja untuk pengelolaan perikanan. Namun, agar dapat beroperasi secara maksimal, sistem ini membutuhkan anggaran dan sumber daya manusia, serta rencana pengelolaan dengan batas panen yang jelas.
Menurut publikasi Bank Dunia berjudul Oceans for Prosperity: Reforms for a Blue Economy in Indonesia, Indonesia juga dapat mendorong prinsip pengelolaan perikanan berbasis hak, yakni pemberian hak panen kepada masyarakat di dalam wilayah dekat pantai mereka, atau kepada perusahaan, dalam jumlah tangkapan tertentu.
Dengan demikian, nelayan dapat bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perikanan mereka dan mendorong tata kelola yang baik. Prinsip pengelolaan perikanan berbasis hak juga telah terbukti berhasil di berbagai negara dengan sektor perikanan yang kuat.
Baca Juga: Bakal Dapat Pinjaman Rp 1,4 Triliun, Mampukah Citarum Lepaskan Sebutan Sungai Terkotor?
Lebih lanjut, sistem ekonomi kelautan yang berkelanjutan (sustainable economy) dapat menjadi solusi untuk mengembangkan ekosistem laut Indonesia, termasuk Rajaampat. Salah satu cara menuju ekonomi laut yang berkelanjutan adalah dengan memperluas dan meningkatkan efektivitas Kawasan Konservasi Perairan.
Untuk diketahui, Indonesia sendiri tengah memperluas dan memperkuat Kawasan Konservasi Perairan. Kawasan tersebut telah mencakup 23 juta hektare atau 7,18 persen dari luas perairan Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.894 hektare kawasan sudah beroperasi dan memberikan manfaat berkelanjutan terhadap lingkungan di sekitar kawasan konservasi, termasuk Rajaampat.
Bank Dunia mendukung gerakan tersebut melalui Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang atau COREMAP-CTI, salah satunya di Rajaampat.
Baca Juga: Hiu Berjalan dan Puluhan Spesies Baru Lainnya Ditemukan di Laut Papua