Restoran Berusia 2.000 Tahun di Pompeii dibuka 12 Agustus 2021

By Maria Gabrielle, Rabu, 11 Agustus 2021 | 12:00 WIB
Lukisan ayam jago dan dua ekor bebek di konter restoran kota kuno Pompeii. (Luigi Spina / AP)

Nationalgeographic.co.id—Kabar menarik datang dari kota kuno Pompeii. Tidak lama lagi, peninggalan restoran  atau thermopolium yang berusia 2.000 tahun akan dibuka untuk umum. Dilansir dari The Telegraph, peninggalan bersejarah ini dibuka tanggal 12 Agustus 2021 mendatang.

Thermopolium atau thermopolia merupakan bahasa Latin dari gerai minuman panas. Jika dibandingkan dengan masa kini, mirip dengan tavola calda alias restoran murah yang menyajikan makanan dan minuman.

Restoran kuno itu pada masanya menawarkan beragam panganan kepada orang Romawi. Mulai dari dari siput, bebek, babi, kambing dan ikan. Jejaknya ditemukan dalam pot terakota yang telah terkubur sejak 79 M dalam abu vulkanik.

Direktur Taman Arkeologi Pompeii, Massimo Ossana, mengatakan bahawa penemuan tersebut memberikan wawasan yang luar biasa mengenai pola makan orang Romawi. Peninggalan bersejarah ini ditemukan area situs Regio V tahun 2019.

Lebih lanjut mengenai temuan ini, di terlihat adanya lukisan nymph atau peri laut yang menunggangi kuda di salah satu sisi konter. Lukisan lain yang terlihat di sisi lain konter adalah ayam jago besar dan sepasang bebek.

Ada pula graffiti vulgar yang diduga ditujukan untuk menghina pemilik tempat tersebut. Terdapat tulisan berbunyi, “Nicia cinaede cacator” hinaan yang menggambarkan seorang pria bernama Nicia sebagai catamite shi**er.

Baca Juga: Sampel Kotoran Kuno Ungkap Tubuh Penduduk Pompeii Inggris Dipenuhi Cacing Pemakan Ginjal

Peninggalan restoran di Pompeii bakal dibuka untuk umum, Agustus 2021. (Luigi Spina/Parco Archeologico di Pompei / AP)

 

Para arkeolog meyakini bahwa tulisan di atas lukisan anjing yang dirantai ini merupakan penghinaan homofobik, merujuk pada seorang remaja laki-laki yang tidur dengan pria dewasa—dikenal sebagai catamite.

Laman Ancient Archeology menuliskan beberapa temuan lainnya. Sebut saja fragmen tulang bebek, kacang fava yang dihancukan – digunakan untuk mengubah cita rasa angguh. Ada pula peralatan memasak seperti mangkuk untuk minum dari perunggu, toples keramik hingga termos anggur.

Konter yang dihiasi dengan lukisan berwarna cerah dipergunakan untuk menyimpan toples tersebut. Thermopolium ini merupakan yang pertama dalam keadaan utuh dari 80 temuan.

Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Vesuvius, Hanya Butuh 15 Menit Musnahkan Pompeii

 

“Selain menjadi saksi kehidupan sehari-hari di Pompeii, kemungkinan untuk menganalisis thermopolium ini luar biasa, karena untuk pertama kalinya kami telah menggali sebuah situs secara keseluruhan,” kata Massimo Osanna, direktur Taman Arkeologi Pompeii kepada The Guardian dikutip dari Ancient Archeology.

Ada lusinan thermopolia yang ditemukan di taman arkeologi ini. Melansir The Guardian gerai biasanya dipergunakan oleh masyarakat kelas bawah kota kuno Pompeii yang tidak memiliki dapur di rumahnya. Adapun menu khas yang tersedia termasuk roti kasar dengan ikan asin, keju panggang, lentil dan anggur pedas.

Selain thermopolium, pengunjung juga bisa melihat dua rumah besar yakni Casa di Orione dan Casa del Giardino. Keduanya juga ditemukan di Regio V dan sedang dipugar. Area ini disebut-sebut sebagai lokasi penggalian paling intensif sejak tahun 1960-an.

Baca Juga: Villa Papyri, Satu-satunya Perpustakaan yang Dipulihkan di Zaman Kuno

Peninggalan restoran di kota kuno Pompeii. (Pompeii archaeological park)

Kota kuno Pompeii merujuk dari Britannica, memiliki jumlah penduduk antara 10 ribu hingga 20 ribu jiwa saat luluh lantak. Pompeii hancur karena letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Tepat di siang hari, serpihan abu dan material vulkanik menutupi kota hingga tebalnya mencapai tiga meter.

Material piroklastik yang merupakan campuran dari fragmen batuan, gas dan udara panas yang terperangkap bergerak dengan kecepatan tinggi, mencapai kota pada keesokan harinya. Fenomena inilah yang membuat penduduk Pompeii yang belum terbunuh mengalami sesak napas.  

Aliran piroklastik ini terjadi beberapa kali, hingga seantero kota terbenam dalam abu yang tebalnya mencapai 9 kaki. Peninggalan kota kuno Pompeii pertama kali ditemukan pada akhir abad ke 16 oleh seorang arsitek bernama Domenico Fontana.

Baca Juga: Kerangka Manusia Tertimpa Batu Ungkap Tragedi Letusan Gunung Vesuvius