Berabad Lamanya Astronom Bingung, Kenapa Langit Malam Terlihat Gelap?

By Wawan Setiawan, Rabu, 11 Agustus 2021 | 17:00 WIB
Haruskah langit terlihat seperti ini? Di alam semesta yang tidak pernah berawal dan tidak pernah berakhir, langit akan terlihat sangat cerah. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Kita pasti pernah bertanya-tanya, mengapa langit berwarna biru, mengapa air laut juga berwarna biru. Atau apa yang telah membuat matahari terbenam berwarna merah terang. Warna-warna itu sangat menonjol, alami, dan pasti memiliki penjelasan tersendiri. Namun, pernahkah kita bertanya, mengapa langit malam berwarna hitam gelap?

Pertanyaannya hampir tidak masuk akal saat pertama kali kita mendengarnya. “Ini seperti menanyakan mengapa air basah,” kata Will Kinney, ahli kosmologi Universitas di Buffalo.

Berabad-abad lamanya misteri kegelapan langit malam ini telah membuat para astronom bingung. Mereka menyebut teka-teki itu sebagai Paradoks Olbers. Julukan teka-teki ini terinspirasi dari nama seorang astronom abad ke-19, yaitu Heinrick Olbers, yang memiliki ide awal dari pertanyaan ini.

Inti kasusnya seperti ini: Apabila alam semesta ini tidak terbatas dan dipenuhi dengan bintang, maka di mana pun kita melihat seharusnya langit malam tampak cerah, bukan gelap. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak demikian. Jawaban untuk teka-teki ini sebenarnya menginformasikan banyak hal tentang alam semesta kita, berikut juga dengan keterbatasannya.

Cobalah kita melihat dengan mata telanjang ke langit malam yang gelap. Kita akan dapat menyaksikan bintang-bintang jauh terlihat bercahaya lemah, sedangkan bintang-bintang yang sangat jauh akan tampak sinarnya redup. Akan tetapi, mari kita mengintainya melalui teleskop luar angkasa seperti Hubble, apa yang akan dapat kita lihat?

Ketika kita melihatnya melalui teleskop, di dalam langit yang terlihat sangat gelap itu ada sekumpulan galaksi yang sangat redup. Dan semakin lama kita telusuri, akan semakin banyak yang ditemukan. Kesimpulan sederhananya, jika alam semesta ini memiliki bintang-bintang yang tersebar merata di langit malam, seharusnya akan ditemukan titik-titik cahaya yang begitu banyak. Langit pun seharusnya tidak pernah terlihat gelap. Jadi mengapa langit malam kenyataannya terlihat gelap?

Baca Juga: Astronom: Kemajuan Teknologi Membahayakan Masa Depan Astronomi

Stars Dark Sky Trees Nature Night Forest (MaxPixel's contributors)

Seperti yang dilansir oleh Popsci.com, “Fakta bahwa bintang-bintang ada di mana-mana membuat fakta bahwa beberapa bintang berada jauh,” kata Katie Mack, astrofisikawan di North Carolina State University.

Tidak peduli ke manapun kita melihat, di alam semesta yang tak berujung ini, maka garis pandang kita akan selalu berakhir tepat di permukaan bintang. Pun seluruh langit akan selalu menyala dengan kecerahan matahari.

Untuk memahami hal ini, pikirkan tentang bagaimana sinar cahaya merambat dari bintang yang jauh hingga sampai ke mata kita. Karena sama halnya dengan mobil atau pun benda bergerak lainnya, cahaya juga memiliki kecepatan. Cahaya memerlukan waktu saat bergerak mencapai tujuannya. Jadi, ketika kita melihat sebuah bintang, planet, ataupun galaksi, sebenarnya yang kita lihat itu adalah kiriman pesan dari masa lalu, yang telah memberitahu kita apa yang terjadi pada objek terang itu saat ia mengirimkan cahayanya kepada kita. Jarak, ruang, dan waktu akan memengaruhi secepat apa pesan itu sampai.

Vila Jerman, demikian warga menjuluki rumah peristirahatan dengan arsitektur Eropa. Tampak Galaksi Bimaksakti menunjukkan gelora pesonanya di angkasa Pangalengan pada dini hari. (Didi Kaspi Kasim)

Baca Juga: 430.000 Tahun Silam Meteor Meledak di Antartika, Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima

Misteri langit yang gelap dipecahkan oleh fakta bahwa sejarah alam semesta ini mempunyai awal permulaan, yaitu waktu sebelum adanya bintang dan galaksi. Menurut banyak pendapat para kosmolog, mereka mengatakan bahwa alam semesta ini diawali sebagai titik yang sangat kecil. Kemudian, titik itu mulai mengembang seperti balon.

Peristiwa ini dikenal sebagai Big Bang. Saat alam semesta ini mengembang, cahaya yang bergerak ke arah kita dari sumber yang jauh mengalami proses yang disebut pergeseran Doppler. Hal ini yang merentangkan cahaya ke panjang gelombang yang lebih panjang. Mengingat pergeserannya yang cukup besar, maka cahaya tidak lagi terlihat oleh mata manusia.

Jika melihat cukup dalam, kita dapat melihat jauh ke masa lalu sehingga mendekati Big Bang. “Anda baru saja kehabisan bintang,” kata Kinney. "Dan Anda kehabisan bintang, dalam skema besar, relatif cepat." sambungnya.

Baca Juga: Empat Teori Aneh Stephen Hawking, Tetapi Hari Ini Terbukti Benar

Latar belakang gelombang mikro kosmik adalah potret alam semesta awal; itu adalah cahaya tertua yang bisa kita lihat. Cahaya ini telah digeser Doppler ke bagian spektrum gelombang mikro, di luar bidang pengamatan mata telanjang. Dalam gambar ini, yang dihasilkan dengan data dari satelit Planck, warna yang berbeda mewakili fluktuasi suhu yang kecil. (CMB. ESA/Planck Collaboration)

 

Ketika kita melihat ke langit berbintang, kegelapanlah yang kita lihat. Atau dengan kata lain, inilah kegelapan yang tersisa dari era awal itu. Ahli kosmologi menyebut era awal ini sebagai Zaman Kegelapan Kosmik.

“Tidak ada cukup cahaya untuk mengisi semua celah alam semesta,” kata Mack. Hal ini cukup memberitahu kepada kita bahwa ukuran alam semesta yang kita lihat tidak dapat diterangi oleh bintang-bintang karena keterbatasannya.

Jadi mengapa langit malam terlihat gelap? Jawabannya ada pada proses mengembangnya alam semesta, keterbatasan cahaya bintang, dan evolusi dari alam semesta itu sendiri. Yang harus kita lakukan adalah pergi plesiran sembari melihat ruang di antara bintang-bintang.

Baca Juga: Setiap Benda Terdiri Atas Atom. Berapa Atom yang Ada di Alam Semesta?