Lahir dan Besar di Air, Apakah Ikan Juga Bisa Mati Tenggelam?

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 14 Agustus 2021 | 10:00 WIB
Ikan-ikan di laut bisa mati juga di dalam air karena kekurangan oksigen, tapi bukan mati tenggelam. (Tunatura/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization), sekitar 236.000 orang tenggelam setiap tahunnya. Tentu saja manusia bukan satu-satunya makhluk hidup yang tenggelam.

Anjing, ular, burung, dan hewan lainnya juga bisa tenggelam ketika mereka terperangkap di air tanpa ada cara untuk melarikan diri. Namun bagaimana dengan ikan dan hewan-hewan laut lainnya? Bisa jugakah hewan-hewan yang lahir dan besar di air mati lemas atau mati kekurangan oksigen karena tenggelam di dalamnya?

"Hewan-hewan laut juga membutuhkan oksigen untuk hidup," ujar Frances Withrow, ilmuwan kelautan di Oceana, sebuah organisasi perlindungan dan konservasi lingkungan. "Hanya saja mereka hidup dari oksigen terlarut, sementara kita mendapatkan oksigen dari udara."

Kebanyakan ikan bernapas ketika air bergerak melintasi insang mereka. Namun jika insangnya rusak atau air tidak bisa bergerak melewatinya, ikan bisa mati lemas. Secara teknis mereka tidak tenggelam, karena mereka tidak menghirup air, tetapi mereka mati karena kekurangan oksigen.

Baca Juga: Ikan Mas yang Dibuang ke Danau Tumbuh Raksasa dan Jadi Malapetaka

Alat tangkap, seperti beberapa jenis mata kail, dapat merusak insang. Penyakit juga bisa menjadi penyebabnya.

Patogen, terutama bakteri, juga dapat menempel pada insang. Patogen ini menghalangi insang sehingga tidak dapat menyaring oksigen dari air atau menurunkannya ke titik di mana mereka tidak lagi berfungsi.

"Ini seperti jika kita memiliki penyakit pernapasan yang sangat buruk," papar Withrow, seperti dilansir Live Science. "Itu membuat [hewan itu] bekerja lebih keras untuk bernapas."

Meskipun beberapa ikan dapat memompa air melalui insangnya saat istirahat, banyak ikan harus berenang terus-menerus agar air mengalir melewati mereka. Jika mereka terjebak, seperti di jaring ikan, mereka mungkin terjebak dan mati lemas, kata Withrow.

Baca Juga: Ikan Mas Ternyata Bisa Hidup Lama di Lingkungan Minim Oksigen

Sebagai contoh, hiu membutuhkan siripnya untuk berenang. Beberapa nelayan menangkap hiu dan mengambil siripnya untuk makanan seperti sup sirip hiu dan kemudian melemparkannya kembali ke air karena sisa hewan tersebut mungkin tidak berharga di pasaran.

"Ini sering merupakan kegiatan ilegal karena tidak berkelanjutan," kata Withrow. "Tidak hanya tidak bagus untuk populasi umum hiu, tapi juga sangat kejam." Hiu yang diambil siripnya tidak bisa berenang ketika dilemparkan kembali, sehingga akan dimakan oleh predator, mati kelaparan, atau mati lemas.

Hewan-hewan laut lainnya, seperti penyu dan lumba-lumba, mendapatkan oksigen dari udara seperti kita. Mereka menghirupnya langsung dari udara. Namun mereka hanya bisa melakukannya saat muncul ke permukaan. Peralatan memancing dapat menjebak mereka di bawah air, mencegah mereka melakukannya.

Jaring insang hanyut, atau jaring raksasa yang mengapung di air dan tidak dirancang untuk menargetkan spesies ikan tertentu, adalah penyebab utama matinya banyak hewan laut. "Bergantung pada ukuran jaringnya, ia akan menangkap apa pun yang berenang," kata Withrow.

Hewan-hewan yang bisa terjebak di jaring tersebut termasuk ikan, penyu, dan mamalia laut yang tidak ingin dijual oleh nelayan. Jenis peralatan memancing lainnya yang memiliki tali juga dapat menjerat hewan, seperti paus, dan mencegahnya muncul ke permukaan.

Baca Juga: Jika Seekor Ikan Sedang Kehausan, Apakah Dia Meminum Air Laut?

Sulit untuk mengetahui berapa banyak hewan laut yang mati lemas, kata Withrow. Namun menurut perkiraan Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional, belitan tali telah membunuh sekitar 300.000 paus, lumba-lumba, dan porpoise setiap tahunnya.

Terkadang, wilayah lautan mungkin tidak memiliki cukup oksigen terlarut untuk mendukung ikan yang hidup di sana. Kondisi ini bisa terjadi misalnya jika banyak plankton mekar secara bersamaan di wilayah perairan tersebut. Plankton menggunakan semua oksigen dalam waktu singkat, menyebabkan ikan di daerah tersebut mati lemas.

"Jadi air tidak selalu bisa mengisi kembali oksigen dengan sangat cepat," tegas Withrow.

Selain itu, air hangat juga tidak menahan oksigen terlarut sebanyak air dingin, menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (US Geological Survey/USGS). Ketika suhu laut meningkat karena perubahan iklim, "zona-zona mati" dengan tingkat oksigen yang lebih rendah pun jadi lebih banyak muncul. Akibatnya, jadi lebih banyak pula hewan laut yang terancam mati karena kekurangan oksigen.