Menurutnya sejauh ini telah dilakukan berbagai penelitian dari berbagai disiplin ilmu—hidrologi, geografi, geomagnetik, geolistrik—lewat pengeboran di jalur-jalur rendah itu. Simpulannya, “Tidak ada lapisan padat,” ungkapnya. “Tidak ada lapisan batu-batuan atau jalan.”
Kanal-kanal itu kini telah menjelma sebagai area persawahan. Mengapa di dalam kanal ditemukan struktur bangunan? Salah satu penjelasan Mundardjito, melebarnya kanal-kanal itu karena kebutuhan warga akan lahan sawah selama bertahun-tahun.
Tatkala terjadi pelebaran sawah, struktur bangunan di permukaan turut jatuh ke bawah. Penjelasan lainnya, bisa jadi struktur di dalam kanal itu tinggalan periode Majapahit sebelum kanal dibangun. Berkait tidak adanya informasi kanal-kanal majapahit dalam dokumen kesejarahan sezaman seperti naskah dan relief, Mundardjito berpendapat, “Apa yang ditulis—dalam naskah—pun belum tentu berdasar kenyataan.” Sementara, relief-relief candi memiliki sudut pandang mata kucing berbeda dengan sudut pandang mata burung dalam foto udara. “Yang belum dilakukan oleh kita adalah ekskavasi kanal,” ungkapnya sembari mengingatkan.“Itulah pekerjaan arkeologi.”
Terlepas dari perbedaan pendapat itu, semua pihak menyadari bahwa kawasan situs Trowulan hingga hari ini rawan penggerusan dan penjarahan. Majalah National Geographic edisi September 2012 menyelisik kisah temuan di Majapahit dalam Metropolitan yang Hilang berikut dengan poster jaringan kanal dan sepotong kehidupan di Ibu Kota itu.
Baca Juga: Selidik Ahli Epigrafi: Nusantara dan Skandal Ilmiah Sejarah Majapahit