Shigenori Nishikaichi, Pilot Jepang di Pearl Habor yang Salah Mendarat

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 18 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Shigenori Nishikaichi, pilot pesawat tempur Jepang yang bernasib sial setelah pengeboman Pearl Harbor. (Allan Beekman. Patricia Beekman)

Benehakaka Kanahele adalah seorang pria besar dan sangat kuat yang disandera Yoshio dan Shigenori. Suatu malam, dia lelah disandera dan langsung menerjang Yoshio untuk merebut senapannya. Shigenori bergerak cepat dengan menembakkan pistolnya ke selengkanagan, pinggul, dan dada pria itu.

"Lalu saya marah," kata pria yang disapa Ben dalam sebuah surat kabar yang dikutip sejarawan Greg Thompson, lewat buku berjudul A Tragedy of Democracy: Japanese Confinement in North America.

Kemudian istrinya, Kealoha Kanahelele menukul si pilot pakai batu, dan sang suami melanjutkan dengan menggorok lehernya. Melihat dirinya tinggal sendiri, Yoshio malah mengarahkan senapannya untuk bunuh diri.

Baca Juga: ‘Terlalu Kuat untuk Mati’, Bangkai Kapal Perang Dunia II Ditemukan

Benehakaka (kiri) dan istrinya Kealoha Kanahelele. Mereka adalah pasangan suami-istri yang disandera Shigenori Nishikaichi dan Yoshio Harada pada Peristiwa Ni'ihau. (Bettmann/Getty Images)

Tak lama bala bantuan datang dari Kauai ke Ni'ihau dengan menangkap orang-orang yang terlibat. Shintani, si pria tua itu ditangkap dan dikirim ke kamp interniran. Dia baru menjadi warga negara AS pada 1960. Sementara, Irene harada dipenjara di Honolulu selama tiga tahun dengan tudingan membantu pecahnya Peristiwa Ni'ihau.

Ben kemudian mendapatkan penghargaan medali atas aksi heroiknya, sementara istrinya tidak.

Thompson berpendapat tragedi itu menjadi program interniran penduduk dan keturunan Jepang di Amerika, sebuah proses penangkapan rasialis anti Jepang karena tudingan pengkhianatan. Kebijakan itu disebut Executive Order 9066 yang ditandatangani Presiden Franklin D. Roosevelt

Baca Juga: Pertempuran Tarakan, Jejak Mengusir Jepang di Akhir Perang Dunia II

Ni'ihau adalah salah satu pulau paling barat di Hawaii. Pada 1941, setidaknya ada 136 yang tinggal di sana. Kekaisaran Jepang mengira itu pulau tak berpenghuni yang aman untuk mendarat darurat setelah menyerang Pearl Harbor. (Christopher P. Becker/Polihale)

"Fakta bahwa dua orang Jepang Ni'ihau yang sebelumnya tidak menunjukkan kecenderungan anti-Amerika pergi untuk membantu pilot […] menunjukkan kemungkinan bahwa Penduduk Jepang yang sebelumnya percaya setia kepada Amerika Serikat bisa saja membantu Jepang," terang Irving Mayfield, perwira intelijen Angkatan Laut AS.

Thompson menulis terkait hubungan Peristiwa Ni'ihau dengan kebijakan itu, "Ini tampaknya spekulasi yang tidak berdasar."

"Tidak ada bukti bahwa insiden Ni'ihau mempengaruhi kebijakan di kemudian hari—tidak ada satupun transkrip dan memorandum Departemen Perang dan diskusi Gedung Putih mengenai orang Jepang-Amerika di Pantai Barat yang telah saya ulas soal insiden Ni'ihau yang bahkan pernah disebutkan."

Baca Juga: Berhasil Lepas dari Jugun Ianfu Karena Menyamar Sebagai Lelaki