“Semua segmen, pada dasarnya, membuat engsel kecil ini di sepanjang batang tulang. Saat Anda mencoba menekan atau menarik lapisan tulang itu, mereka memiliki kekakuan yang sangat tinggi. Ini sangat penting bagi batang tulang untuk melawan dan menghasilkan gaya hidrodinamik yang mendorong air. Namun jika Anda mencoba menekuknya, mereka sangat patuh, dan bagian itu sangat penting agar batang tulang mudah berubah bentuk dari otot dasar,” kata Barthel.
Kemudian, para ilmuwan menguji teori tersebut memakai metode printer 3D, di mana mereka membuat model sirip ikan yang dibuat dari bahan plastik. Beberapa dilengkapi dengan engsel built-in dan beberapa lagi tidak memakai engsel. Ternyata, uji coba ini sukses, tim berhasil menemukan bahwa desain tersegmentasi membuat kombinasi antara kekakuan dan kemampuan morphing yang jauh lebih baik. Kajian tentang hal ini telah diterbitkan dalam Jurnal Science Robotics pada 11 Agustus 2021 yang berjudul ‘Segmentations in fins enable large morphing amplitudes combined with high flexural stiffness for fish-inspired robotic materials’.
“Kami hanya menggores permukaan dari keragaman sirip yang luas di dunia ikan. Ikan terbang, misalnya, menggunakan siripnya untuk meluncur di atas air, sedangkan lumba-lumba menggunakan siripnya seperti kaki untuk berjalan di darat,” kata Barthel. “Kami ingin melanjutkan apa yang telah ditinggalkan oleh para ahli biologi dan zoologi, menggunakan latar belakang kami dalam mekanika material untuk memajukan pemahaman kami tentang sifat-sifat fantastis dari dunia alami,” pungkasnya.