Satukan Langkah Nyata demi Si Predator Laut

By , Minggu, 12 Mei 2013 | 07:00 WIB

"Bagi perlindungan hiu, sosialisasi bahu-membahu harus terus dilakukan. Dan butuh dengan upaya keras. Sebab [penangkapan] hiu ini sudah turun-temurun demikian," ujar Toni Ruchimat, Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, Jumat (10/5).

Pemerintah Indonesia mencanangkan hiu adalah jenis ikan yang termasuk prioritas dilindungi dari eksploitasi berlebihan. Bersama WWF-Indonesia, KKP baru saja meluncurkan kampanye bertajuk #SOSharks (Save Our Sharks), yaitu sebuah kampanye untuk menghentikan penjualan hiu di pasar swalayan, toko online, dan restoran, serta menghentikan promosi kuliner hiu di media massa.

Sejumlah figur dari beragam kalangan dan profesi terlibat serta mengampanyekan penyelamatan hiu dan penolakan konsumsi sirip serta produk hiu dalam bentuk apa pun.

Gloria Samantha

Menurut Ruchimat, kampanye ini sebagai sebuah gerakan terbuka, mendorong adanya tekanan publik melalui dukungan dari masyarakat lewat petisi dan berbagai aksi.

Perburuan hiu masih terjadi dewasa ini, karena adanya permintaan pasar yang makin meningkat. Sementara itu, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan separuh spesies hiu dalam daftar merah--spesies terancam punah.

Hafizh Adyas, By Catch Coordinator, Fisheries Program WWF-Indonesia, menerangkan bahwa jumlah populasi hiu memiliki pengaruh penting dalam keseimbangan rantai makanan dan distribusi jenis ikan di laut karena hiu memegang peran predator puncak. Populasi hiu juga berstatus rentan oleh karena perkembangbiakannya lambat. (Baca lebih lengkap di sini)

Contoh yang terjadi di Atlantik, penurunan populasi sebelas jenis hiu mengakibatkan meledaknya populasi 12 jenis ikan pari hingga sepuluh kali lipat, yang merupakan pemangsa jenis kerang-kerangan (bivalvia).

Hilangnya bivalvia lantas mengakibatkan tingkat kekeruhan air meningkat sehingga kemampuan fotosintesis lamun menurun. Hilangnya lamun menyebabkan ikan-ikan juga hilang atau tidak bertahan hidup, hingga kawasan itu disebut dead zone. Hilangnya spesies kerang menyebabkan bisnis kuliner dilokasi tersebut juga runtuh, sehingga perekonomian terganggu.

Banyak pula salah pengertian tentang hiu. Hiu dianggap berbahaya dan cenderung menyerang manusia, padahal anggapan tersebut tidak benar. Hanya sebagian kecil dari sekitar 400 spesies hiu di muka bumi yang terlibat dengan manusia.

Hiu karang Karibia memangsa ikan lepu Pasifik di Bantaran Cordelia, Honduras. Beberapa ekor ikan lepu bersirip lancip kabur dari akuarium 20 tahun silam, kini mereka bagaikan wabah pemangsa populasi ikan di karang. Para ilmuwan membantu hiu mencicipi si penyusup. (B.Skerry)

Menurut Wawan Ridwan, Director for Marine Program WWF-Indonesia, bila hiu yang terhitung ganas ditemukan di wilayah pantai pasti disebabkan kejadian khusus misalnya overfishing atau ada gangguan ekosistem. "Namun hal itu jarang terjadi," tuturnya.

"Hiu jahat cuma di film seperti Jaws dan Deep Blue Sea," tukas aktor komedi Ringgo Agus, menambahkan.Presiden dan CEO Garuda Indonesia, Emirsyah Satar juga salah satu tokoh figur yang turut mendukung kampanye. Satar mengatakan, biodiversitas laut Indonesia menjadi salah satu aset terbesar pariwisata, dan hiu adalah bagian di dalamnya.