Nationalgeographic.co.id - Siang terik di hari ulang tahun ke-76 Indonesia itu, Putri Ramdani bersama beberapa temannya naik di bak pikap. Mereka harus menjaga kumpulan plastik merah berisi makanan yang mereka telah beli dan masak sejak tiga hari sebelumnya, dan kardus air mineral botol serta masker.
Semuanya untuk dibagikan ke warga Kota Tangerang yang membutuhkan. Makanan, minuman, dan APD yang tersedia adalah hasil kolektif dan donasi dari masyarakat sekitar Kota Tangerang.
Saking banyaknya, sebagian dari makanan dan minuman itu harus dibawa lewat mobil tambahan, dan rombongan yang menggunakan motor. Saya turut mengikuti mereka dengan dibonceng salah satu anggota, Mumu.
Putri masih berkuliah dan hari ini menjelang masa masuk perkuliahannya. Aktivitas berfilantropi ini dia ikuti sejak awal tahun ini, ketika mengetahui adanya kegiatan pasar gratis yang menjajakan beberapa kebutuhan secara cuma-cuma untuk diambil oleh warga sekitar.
Pada kegiatan memperingati hari kemerdekaan ini, putri dan rombongannya berjalan dari Jalan KH Hasyim Ashari sejak 13.00 WIB. Kegiatan inisiatif kolektif ini berjalan sambil memutarkan musik lewat pengeras suara dari berbagai genre dengan lirik bertajuk semangat perjuangan.
Sesekali, salah satu kawannya bersuara mengajak warga setempat yang membutuhkan untuk mengambil makanan, minuman, dan masker yang tersedia.
"Bagi yang lapar, silahkan merapat dan mengambil secukupnya. Rakyat bantu rakyat!" seru seseorang di atas pikap melalui pengeras suara.
"Pak! silahkan ambil, Pak," seru Putri seraya pengemudi ojek daring mendekat dari belakang. Putri memberikannya langsung dari atas pikap sambil berjalan beriringan. Pengemudi ojek itu segera melaju setelah mengangkat jempol sebagai ucapan terima kasih.
Selain dari pikap, beberapa motor rombongan menepi sejenak untuk membagikan makanan. Sasaran utama mereka adalah pekerja jalanan yang memang membutuhkan seperti ojek daring, supir angkot, dan pembersih jalanan.
Baca Juga: Pelonggaran PPKM Darurat Perlu Mengkaji Banyak Aspek, Kepatuhan Masyarakat Punya Peran Penting
Pikap itu sendiri disewa oleh Putri bersama teman-temannya. Mereka juga memberikan spanduk di bagian belakangnya bertulis "Razia Perut Lapar" dan "Bukan Satpol-PP" di sisi kanan. Kegiatan ini juga sudah mereka sebar lewat sosial media dengan nama Pasar Gratis Kota Tangerang.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) merupakan kebijakan untuk mengendalikan kasus pagebluk COVID-19 oleh pemerintah. Kebijakan diberlakukan sejak 11 Januari lalu, dan berangsur diperpanjang hingga saat ini, dengan tingkat pengetatan yang bertambah.
Pembatasan pergerakan akibat PPKM berdampak pada minimnya pemasukan kalangan masyarakat menengah kebawah. Meski beberapa dana bantuan sosial seperti BLT Dana Desa, kartu sembako, dan sejenisnya digadangkan sejak pemberlakuak PPKM, banyak yang belum mendapatkannya.
Melansir Kantor Berita Radio, Pengamat Kebijakan Publik Turbus Rahadriansyah mengatakan, bantuan kepada masyarakat miskin tersendat karena data yang carut marut hingga koordinasi pemerintah yang lemah.
Jadi itu persoalannya satu, soal datanya sendiri itu kelihatannya tidak akurat banyak tidak bisa dijalankan, tumpang tindih," kata Trubus pada 19 Juli lalu.
Baca Juga: Inspirasi Bijak dari Pulau Dewata untuk Kebaikan Lingkungan
"Kedua soal pola penyalurannya. Penyalurannya kan ada yang melalui bank Himbara dan PT Pos. Jadi ini juga belum, karena datanya tadi yang masih tumpang tindih dan banyak juga data yang belum di-update. Masalah akurasi datalah pokoknya."
Kerugian masyarakat di tengah PPKM yang makin ketat juga terdampak karena polemik kasus korupsi bantuan sosial.
Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam rilisnya menyampaikan, ada pengurangan dana bantuan yang sudah dialokasikan pemerintah akibat korupsi. Sehingga mereka menyarankan agar pengawasan internal oleh pemerintah dan pengawasan masyarakat harus lebih efektif.
Maka lewat kegiatan ini, Putri dan rekan-rekannya menyalurkan keresahan atas PPKM dan bahaya pagebluk. Mereka memandang kebijakan itu menyulitkan warga untuk bertahan hidup, di sisi lain virus terus mengintai.
Rupanya, kegiatan kolektif berbagi makanan ini tidak hanya dilakukan di Kota Tangerang saja, melainkan secara kebetulan dilaksanakan di berbagai kota dengan nama Pasar Gratis dan Ruang Bebas uang dari tanggal 15 Agustus hingga 19 Agustus mendatang.
Baca Juga: Daur Ulang Baju Wisuda Sebagai APD, Beramal Membantu Tenaga Medis
Di Kota Tangerang sendiri, kegiatan ini adalah kegiatan kedua kalinya. Sebelumnya, Putri dan teman-teman berbagi makanan 20 Juli lalu.
"Cuma kali ini lebih ramai," ujar Mumu. "Kemarin, yang pertama itu cuma 15 orang kalau enggak salah, yang sekarang kayaknya sekitar 30-an orang, dan donasinya (dulu) enggak sebanyak yang sekarang."
Sekitar pukul 14.30, kami berhenti di tempat parkir taman pinggir Kali Cisadane, setelah mengitari Tanah Tinggi dan perkantoran pemerintah Kota Tangerang.
Saya berbincang-bincang dengan Putri tentang kegiatan hari ini. Dia mengatakan hasil donasi yang terkumpul sekitar Rp10.500.000 dan dilaporkan secara transparan di sosial media mereka.
Selain menjadi makanan dan minuman yang baru saja dibagikan, mereka menggunakannya untuk membeli beberapa dagangan kaki lima dan menambah persediaan untuk dibagikan yang sudah habis.
"Kita—apalagi saya—enggak menyangka sih. Uang masuk sebesar itu dari donasi-donasi warga karena memang sebelumnya enggak sebesar ini, dan diumumkan akan ada kegiatan itu baru enggak sampai minggu lalu," ujarnya.
Baca Juga: Dari 1966 hingga 2020, Bagaimana Gerakan Mahasiswa Warnai Sejarah?
Abdul Ashari, salah satu anggota Pasar Gratis Kota Tangerang mengatakan, "kegiatan ini tidak ada strukturnya, tidak ada yang menjadi ketua dalam kegiatan kami. Semua muncul karena inisiatif sendiri-sendiri yang memiliki keresahan yang sama. Jadi dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat."
"Jadi kegiatan ini bukan cuma dilakukan mahasiswa, ada yang bukan. Kami kolektif dari berbagai kumpulan dan individu," ungkapnya. "Bahkan selain ini, kami kan 'pasar gratis' itu juga melakukan lapak secara gratis. Mulai dari baju-baju yang bisa diambil, atau baca buku di tempat yang disiapin dari kelompok yang menyediakan buku-buku."
Sebuah gerakan yang tidak berstruktur ini mengingatkan saya pada paham anarkisme. Paham ini banyak dicetuskan oleh banyak filsuf dari paham Taoisme hingga temporer seperti Mikhail Bakunin dan Peter Kropotkin.
Jesse Cohn, rekan profesor di Purdue University Northwest, lewat The International Encyclopedia of Revolution and Protest (2009) ia memaparkan bahwa paham anarkisme yakin bahwa masyarakat dapat hidup dengan saling membantu.
"Kata itu (anarkisme) juga berfungsi untuk menyebut tujuan gerakan--kebebasan substanstif dan universal, kadang disebut 'anarki'--yang elemen-elemennya dapat ditemukan di tiap masyarkat yang pernah ada, terutama di antara orang-orang yang hidup tana kepemilikan pribadi dan campur tangan negara," tulis Cohn.
Paham anarki juga dimiliki oleh beberapa kebudayaan masyarakat asli Nusantara. Salah satu contohnya adalah Sedulur Sikep di Blora, seperti yang pernah dipaparkan Harry J Benda dan L Castles dari University of Leiden dalam Journal of the Humanities and Socieal Sciences of Southeast Asia and Oceania (1968).
Baca Juga: Ajaran Saminisme, Ketika Anarkisme 'Kawin' dengan Paham Kejawen
Ketika saya tanyakan hubungan paham ini dalam gerakan pasar gratis, Ashari terkekeh, "Kami tidak mengadopsi filosofi itu, Mas. Mungkin beberapa dari kami atau di daerah lain banyak yang mengadopsi paham itu. Tapi intinya bagaimana untuk tergerak atas solidaritas sebagai rakyat."
"Pasar Gratis ini bukan cuma milik kami, ini milik bersama. Rakyat. Siapapun bisa—dan kami sangat berharap kalau kegiatan ini diadakan oleh orang lain. Kalau mau mengadakan, silahkan adakan saja, kita bakal bantu di Instagram saja," ujarnya sambil beristirahat setelah kegiatan usai di sebuah ruko daerah Cipondoh.
Di Tangerang Raya, ada tiga kegiatan pasar gratis berdasarkan daerahnya, yakni Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Terkadang, mereka mengadakan kegiatannya bersama-sama seperti melapak serentak, atau bergabung dalam satu kegiatan di daerah lain.
"Berbagi itu tidak akan membuat kita capek. Rasanya, kalau melihat orang bahagia, walaupun yang kami kasih cuma sedikit, kita juga ikutan bahagia," pungkas Ashari.
Baca Juga: Selamat! Indonesia Terpilih Menjadi Negara Paling Dermawan di Dunia