Mengapa Orang Korea Selatan Bersemangat dalam Berbahasa Indonesia?

By Galih Pranata, Kamis, 19 Agustus 2021 | 16:00 WIB
Potongan video dalam Youtube Vlog Korea Reomit, memperlihatkan Hansol dan Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Korea Selatan. (Korea Reomit/Youtube)

Nationalgeographic.co.id—Korea Selatan belakangan menjadi perbincangan, bukan hanya grup musiknya yang mendunia, tapi banyaknya minat orang Korea Selatan untuk mempelajari bahasa Indonesia. Beberapa Youtuber berdarah Korea Selatan menjadi viral di Indonesia, seperti halnya Hansol dengan channelnya Korea Reomit, Sunny Dahye dengan SunnydahyeIn, dan banyak lagi. Mereka mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik, bahkan Hansol lebih menguasai bahasa Jawa. Hal tersebut karena mereka telah lama menetap di Indonesia.

Banyaknya orang-orang Korea Selatan yang telah mampu berbahasa Indonesia, bukan hanya sekadar karena mereka pernah tinggal di Indonesia, tapi juga mereka mempelajari bahasa Indonesia. Mulai dari menjadi mahasiswa di berbagai Universitas di Indonesia, maupun belajar di negerinya sendiri. Park Jae Hyun dalam jurnalnya yang berjudul Potensi dan Tantangan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional, terbitan tahun 2015, menulis tentang adanya pendidikan berbahasa Indonesia di Korea Selatan.

"Terdapat minat orang-orang Korea (Selatan) dalam mempelajari bahasa Indonesia, bahkan mereka menyempatkan diri untuk belajar ke Indonesia. Adanya program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) memudahkan orang Korea dalam mempelajari bahasa Indonesia" tulisnya. Melalui program tersebut, para turis asing dapat dengan mudah mengartikulasikan bahasa Indonesia.

"Beberapa institusi di Korea (Selatan) juga menerapkan kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia, bahkan membuka jurusan Bahasa Indonesia" tambahnya. Park Jae Hyun sendiri merupakan orang Korea, sekaligus mahasiswa di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan. Ia merupakan mahasiswa di jurusan Bahasa Melayu-Indonesia. "Saat ini, bahkan sudah dapat ditemukan 10 institusi yang mengajarkan Bahasa Indonesia di internet (daring) dalam waktu singkat" tambahnya. 

Jurusan Bahasa Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) dibuka pertama kali pada tahun 1964. Korea Selatan yang mampu menguasai perdagangan internasional, tak terlepas dari peran para alumni HUFS yang dapat berbahasa asing. Yang Seong-Yoon dalam tulisannya yang dimuat dalam prosiding internasional berjudul Perjalanan Studi Bahasa Indonesia di Korea: Dahulu, Sekarang, dan Mendatang, dipublikasi pada 2007, menjelaskan tentang jurusan bahasa asing di HUFS. Kampus tersebut telah melahirkan dua ribu alumni yang mahir berbahasa Indonesia.

Baca Juga: 70 Tahun Berlalu, Kisah Perang Korea yang Belum Berakhir Hingga Saat Ini

Metasequoia Forestroad di Damyang, Jeollanamdo, Korea Selatan. (Korean Tourism Authority )

"Terdapat 5 jurusan bahasa asing di kampus HUFS, diantaranya adalah jurusan bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Cina, dan Rusia" tulisnya. "Terdapat juga restoran di wilayah Seoul dan beberapa wilayah lain di Korea dengan pelayanan bahasa asing, salah satunya ialah bahasa Indonesia" tambahnya. Lantas bagaimana bisa banyak orang Korea Selatan yang berminat mempelajari bahasa Indonesia?

 

Tabel bukti kemudahan mempelajari bahasa Indonesia, dalam tulisan Park Jae Hyun. (Park Jae Hyun)

Bahasa Indonesia menjadi populer di Korea Selatan karena adanya pengaruh dari hubungan diplomasi Indonesia-Korea Selatan. Kebanyakan karena banyak mahasiswa maupun pegawai yang tinggal di Korea Selatan, bahkan sebaliknya. menurut Park Jae Hyun dalam tulisannya, pola-pola industrialisasi dan hubungan diplomasi menjadi dasar dari minat orang Korea Selatan mempelajari bahasa Indonesia. Tingginya kunjungan wisata orang Indonesia dari tahun ke tahun mendorong motivasi orang Korea Selatan mempelajarinya.

Menurutnya, selain menjadi tren, bahasa Indonesia digemari karena mudah dipelajari. "Belajar bahasa (Indonesia) mudah karena tidak mengenal jenis kelamin, jumlah, kasus, waktu/kala, dan tingkatan tutur (speech level)" tulisn Park Jae Hyun. 

Baca Juga: Bangkitnya Perfilman Korea Selatan Sebagai Identitas Nasional

Ham Soojung, peneliti tingkah laku serta ekologi primata dari Ewha Womans University, Korea, sedang merekam suara yaki di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. (Reynold Sumayku/National Geographic Indonesia)

"Adanya budaya hallyu (gelombang Korea) yang masuk ke Indonesia, mendorong orang-orang Indonesia untuk mengunjungi Korea. Tercatat dimulai pada 2009 hingga 2013, ada peningkatan sekitar 20-40% wisatawan per tahun yang berkunjung ke Korea. Mulai dari 35.754 pada 2009, dan meningkat terus mencapai 96.631 pada 2013," tulisnya.

Sebelum pandemi, kunjungan wisatawan Indonesia mendorong para pedagang, restoran, dan tempat wisata di Korea mempelajari bahasa Indonesia.

Baca Juga: Saking Terobsesi dengan Film, Kim Jong-il Culik Aktris Korea Selatan