Akrotiri, Kota Kuno di Santorini yang Bernasib Sama Seperti Pompeii

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 21 Agustus 2021 | 10:00 WIB
Kota Akrotiri di Santorini, Yunani, memiliki nasib yang sama dengan Pompeii di Italia. Sempat jadi kota besar tapi kemudian jadi kota mati yang terkubur material letusan gunung berapi. (Tatiana Matlina/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Ada kesamaan antara Akrotiri di Yunani dan Pompeii di Italia. Keduanya sama-sama pernah jadi kota besar pada zamannya, tapi kemudian menjadi kota mati karena dampak letusan gunung besar di dekatnya.

Christos Doumas, profesor arkeologi emeritus di University of Athens, punya detail gambaran bagaimana kehidupan di Akrotiri selama abad ke-2 Sebelum Masehi. Akrotiri adalah permukiman dengan jalan dan alun-alun berbatu, rencana zonasi yang dirancang dengan hati-hati, dan sistem pembuangan limbah yang canggih.

Di sana ada rumah-rumah berlantai dua dan tiga, yang dibangun dengan batu dan lumpur. Lantai dasar menampung bengkel dan gudang pengrajin, terutama untuk makanan. Kamar-kamar di lantai atas bermandikan cahaya alami yang masuk melalui jendela-jendela besar.

Sebagian besar dinding rumah-rumah itu dihiasi dengan lukisan rumit yang menggambarkan manusia, hewan, dan tumbuhan. Perabotannya terbuat dari kayu dan alat tenunnya adalah barang rumah tangga yang penting, digunakan oleh nyonya rumah untuk menenun pakaian keluarga.

Baca Juga: Penemuan Kerangka Manusia Mantan Budak di Kota Kuno Pompeii, Italia

Para penduduk kota itu adalah pedagang, pengrajin, pelaut, petani, peternak, dan pengrajin. Mereka memelihara kawanan domba dan kambing. Mereka menanam gandum dan jelai, yang mereka panen dengan sabit batu atau perunggu. Mereka menyimpan hasil bumi mereka dalam kendi-kendi gerabah besar dan membudidayakan zaitun yang hasilnya mereka pakai untuk jadi minyak.

Hasil tani mereka sangat tinggi sehingga mereka juga mengekspornya. Produksi anggur adalah kegiatan ekonomi utama lainnya. Penduduk setempat selanjutnya menambah penghasilan mereka dengan mengekspor banyak obsidian (batuan vulkanik hitam) dan logam ke Kreta.

Makanan mereka terdiri dari kacang-kacangan, sayuran, dan segala jenis ikan yang ditangkap di perairan sekitar dan dijual di pelabuhan. Namun makanan favorit mereka adalah siput yang dibawa ke pulau mereka dari Kreta.

Sisa reruntuhan Akrotiri, kota kuno di Santorini, Yunani. (Rt44/Wikimedia Commons)

Doumas juga berbicara tentang kekayaan yang terkumpul di Thera atau Santorini, pulau tempat Akrotiri berada, pada periode prasejarah yang jauh dari era perdagangan kala itu. "Pulau itu memiliki hubungan perdagangan tidak hanya dengan Kreta tetapi juga dengan daratan Yunani, Dodecanese, Siprus, Suriah, dan Mesir," papar Doumas, seperti dikutip dari GREECE IS, majalah sekaligus web perjalanan terbitan Yunani.

Baca Juga: Mengenal Gua Theopetra Yunani, Jadi Bangunan Tertua di Dunia

Setelah memenuhi kebutuhan dasar mereka dan berkat kekayaan yang mereka peroleh secara bertahap, penduduk Akrotiri bisa mengalihkan perhatian mereka ke bidang yang lebih menyenangkan, misalnya seni. Doumas secara khusus berfokus pada bagaimana seni berkembang sebagai sarana untuk memproyeksikan status sosial, dan pada struktur demokrasi masyarakat Thera.

"Diceritakan bahwa laki-laki, perempuan dan anak-anak digambarkan secara setara dalam lukisan dinding. Untuk alasan ini, Akrotiri juga disebut 'Venesia prasejarah Aegea'."

Pola kehidupan ini adalah kondisi yang berlangsung di Akrotiri sampai musim semi 1613 Sebelum Masehi. Pada tahun itu gunung berapi besar di Pulau Thera bangun dari tidurnya. Letusan berikutnya, yang paling kuat di dunia dalam 10.000 tahun terakhir, benar-benar menghancurkan Santorini (Thera) dan pulau-pulau terdekatnya.

"Jika tidak ada gunung berapi, bagaimanapun, tidak akan ada Santorini seperti yang kita kenal sekarang dan, tentu saja, tidak akan ada Akrotiri. Berkat abu vulkanik, sisa-sisa permukiman prasejarah itu telah terawetkan selama berabad-abad," tutur Doumas yang menjadikan tempat ini sebagai pekerjaan hidupnya.

Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis

Pada tahun 1975 Doumas mengambil alih penggalian yang dimulai oleh arkeolog terkemuka Spyridon Marinatos. Sejak itu, ia telah mengungkap banyak informasi yang luar biasa tentang "Pompeii dari Laut Aegea" itu.

Di usianya yang sudah lebih dari 80 tahun ia terus bekerja tanpa henti. “Kita harus bangga dengan Akrotiri,” kata Doumas.

"Ini adalah bagian dari kursus arkeologi di universitas-universitas di seluruh dunia. Dalam sejarah peradaban Aegea, kota dianggap sama pentingnya dengan Acropolis (untuk periode Klasik) dan Gunung Athos (untuk periode Bizantium). Ini adalah warisan yang penting."