"Diceritakan bahwa laki-laki, perempuan dan anak-anak digambarkan secara setara dalam lukisan dinding. Untuk alasan ini, Akrotiri juga disebut 'Venesia prasejarah Aegea'."
Pola kehidupan ini adalah kondisi yang berlangsung di Akrotiri sampai musim semi 1613 Sebelum Masehi. Pada tahun itu gunung berapi besar di Pulau Thera bangun dari tidurnya. Letusan berikutnya, yang paling kuat di dunia dalam 10.000 tahun terakhir, benar-benar menghancurkan Santorini (Thera) dan pulau-pulau terdekatnya.
"Jika tidak ada gunung berapi, bagaimanapun, tidak akan ada Santorini seperti yang kita kenal sekarang dan, tentu saja, tidak akan ada Akrotiri. Berkat abu vulkanik, sisa-sisa permukiman prasejarah itu telah terawetkan selama berabad-abad," tutur Doumas yang menjadikan tempat ini sebagai pekerjaan hidupnya.
Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis
Pada tahun 1975 Doumas mengambil alih penggalian yang dimulai oleh arkeolog terkemuka Spyridon Marinatos. Sejak itu, ia telah mengungkap banyak informasi yang luar biasa tentang "Pompeii dari Laut Aegea" itu.
Di usianya yang sudah lebih dari 80 tahun ia terus bekerja tanpa henti. “Kita harus bangga dengan Akrotiri,” kata Doumas.
"Ini adalah bagian dari kursus arkeologi di universitas-universitas di seluruh dunia. Dalam sejarah peradaban Aegea, kota dianggap sama pentingnya dengan Acropolis (untuk periode Klasik) dan Gunung Athos (untuk periode Bizantium). Ini adalah warisan yang penting."