Zaman Perang Kemerdekaan, Mural Menjadi Senjata Semangat Kebangsaan

By Galih Pranata, Senin, 23 Agustus 2021 | 10:00 WIB
Slogan Nasionalisme Indonesia dilukis di monumen Gubernur Jenderal van Heutsz, Hindia Belanda pada 1945. (NIGIS/Wikimedia)

Selain mural dengan pekikan semangat berbahasa Indonesia, dibuat juga mural berbahasa Inggris. Ekspresi luapan semangat bertuliskan Away with NICA, We Fight for Democracy, Once Free Forever Free, We Have Only to Win!, Life, Liberty and Persuit to Happiness, tergambar dihampir seluruh penjuru Kota Yogyakarta.

Mohammad Yamin, selaku pelaku sejarah, mengenang dalam Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia terbitan 1952, tentang slogan yang mengena baginya dan mungkin sebagian besar yang membacanya. Menurutnya, coretan bertuliskan Respect Our Constitution, August 17! merupakan coretan dengan makna mendalam, mengingat adanya upaya Belanda dan Sekutu untuk kembali ke Indonesia pasca konstitusi 17 Agustus telah berdiri tegap.

Baca Juga: AMRI, Gelora Pemuda Bantaeng Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Coretan pemantik semangat perjuangan di salah satu tembok di Yogyakarta, sekitar tahun 1945. (AB Lapian/Lasarus)

 

Tulisan tersebut, mengandung arti teriakan bangsa Indonesia kepada Jepang dan Belanda-Inggris untuk menghargai dengan tidak melanggar konstitusi. "Teriakan ini berisi peringatan kepada Belanda-Inggris yang hendak mendaratkan kapalnya untuk melakukan agresi" tulis Yamin.

Coretan-coretan dinding menjadi bukti gelora semangat segenap bangsa di tahun 1945-1946. Nasionalisme tergambar pada goresan cat minyak yang tertuang menggoretkan setiap hurufnya. Menandakan semangat perjuangan, begitu juga saat tiba Belanda-Inggris mengancam kedaulatan, segenap bangsa telah sepakat dengan persatuannya melawan mereka sampai titik darah penghabisan.

Baca Juga: Sejarah Perkembangan Poster Kesehatan Publik Dari Masa ke Masa