Di Balik Layar Rekonstruksi Rumah Majapahit

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 22 Agustus 2013 | 10:00 WIB
Permukiman Majapahit beratap genting dan berhias ukel. Dindingnya gedek, berlantai batu bata. (Seni: Sandy Solihin/National Geographic Indonesia)

Reruntuhan Candi Menak Jinggo di Trowulan menyisakan relief yang menggambarkan bangunan bale-bale. (Mahandis Y Thamrin/National Geographic Indonesia)

Reruntuhan Candi Menak Jinggo di Trowulan menyisakan relief yang menggambarkan bangunan bale-bale dengan enam umpak (landasan batu untuk penyangga tiang kayu). Bangunan terbuka itu bergenting dengan hiasan ukel di sudut-sudutnya. Aristektur Majapahit kini masih dapat dapat ditemukan padanannya di rumah-rumah tradisi Bali. Tengok kisah lengkap Majapahit dalam "Metropolitan yang Hilang" di NGI September 2012. (Mahandis Y Thamrin/NGI).

Sambil mengisap sigaret, Osrifoel berkisah kepada kami. Seminggu sebelum pameran dibuka dia didatangi oleh seseorang berpakaian safari, yang ternyata seorang Pasukan Pengamanan Presiden. Dia meminta Osrifoel untuk memperlebar desain rekonstruksi rumah hanya karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meresmikan pameran itu.“Itu tangga masuk rumah bisa diperlebar ngga?” tanya petugas kepada Osrifoel.

“Wah, ngga bisa, Pak.”

“Bisa ngga ditinggikan rumahnya?”

“Wah, ini memang rekonstruksi, bentuknya memang seperti ini, Pak”

“Kalau begitu Pak SBY sebaiknya tidak usah masuk.”

“Oh silakan, tidak masuk juga tidak apa-apa, Pak”Namun, pada saat pembukaan akhirnya Presiden masuk ke dalam rumah hasil rekonstruksi tersebut. Dia melangkahkan kaki dengan hati-hati di tangga dan menunduk ketika memasuki rumah rekonstruksi itu. Osrifoel turut menemaninya. Setelah mengamati keadaan rumah, Presiden pun bertanya.  “Kalau begitu konsep Rumah Sangat Sederhana [RSS] kita masih terlalu besar ya. Itu luasnya berapa?”

“Sekitar dua belas meter persegi, Pak”

“Kalau begitu bisa kita kecilin ya RSS itu?”—luas RSS adalah duapuluh satu meter persegi.

“Silakan Pak,” ujar Osrifoel sambil tersenyum hormat.

Demikianlah Osrifoel mengisahkan kepada kami tentang percakapan jenaka antara dirinya dan Presiden saat pembukaan pameran.

Rumah-rumah dalam tradisi tropis seperti Indonesia biasanya berukuran kecil karena menghadapi iklim yang lebih ramah dibandingkan rumah-rumah di iklim empat musim. “Arsitektur kita itu arsitektur halaman,” kata Osrifoel kepada kami. “Fungsi rumah itu hanya untuk tidur.”