Mengunjungi 'Kota Maksiat' Zaman Romawi yang Kini Didalam Laut

By Ricky Jenihansen, Senin, 23 Agustus 2021 | 19:30 WIB
Penyelam melihat replika patung Dionysus muda yang aslinya telah disimpan di Museum Baiae. (AFP/Andreas Solaro)

Nationalgeographic.co.id—Namanya adalah Baiae, kota yang di zaman Romawi kuno merupakan tempat berpestanya orang-orang kaya. Kota tersebut ibarat Las Vegas bagi Kekaisaran Roma dengan semua kemewahannya, namun kini kota itu tenggelam dan berada di bawah laut.

Kota Baiae beradai di pesisir barat Italia, sekitar 30 kilometer dari Naples. Pada zamannya, sekitar 2.000 tahun yang lalu, kota ini melayani bangsawan-bangsawan Roma, penyair, orator hingga jenderal dan orang-orang kaya di zaman itu.

Ada banyak bangunan megah di Baiae, arsitekturnya selalu besar dan menjulang dengan dekorasi yang menakjubkan dan terlihat rumit. Bahkan ada yang membuat gua pribadi dipenuhi patung marmer. Tujuh kaisar, termasuk Augustus dan Nero, juga memiliki vila di sini, seperti Julius Caesar dan Mark Anthony.

Pesta-pesta biasanya digelar di resor-resor mewah, beberapa ada yang dibangun di atas air, bangungan yang kini disebut underwater villa. Di Baiae, apa pun dapat dilakukan asal punya uang. Penyair Sextus Propertius menggambarkan kota ini sebagai tempat kejahatan yang menjadi 'musuh bagi makhluk berbudi luhur'.

Di situlah "orang tua berperilaku seperti anak laki-laki, dan banyak anak laki-laki bertindak seperti gadis muda," menurut ilmuwan Romawi, Varro, dilansir Phys.org.

Tenggelamnya BaiaeTapi siapa mengira, semua kemewahan dan kemegahan di 'kota maksiat' Baiae itu kemudian tenggelam karena bencana alam yang dahsyat. Pada abad keempat, bradyseism yaitu naik turunnya tanah karena aktivitas hidrotermal dan seismik, telah membuat kota itu kini berada di kedalaman 4-6 meter di bawah laut.

Resor-resor mewah, patung-patung marmer, kolam ikan hias, kuil dan semua kemegahan dan kemewahan di Baiae akhirnya tenggelam akibat aktivitas vulkanis di wilayah tersebut. Kini, Baiae menjadi situs reruntuhan kuno bawah laut yang menarik bagi wisatawan dan para ahli arkeologi.

Baca Juga: Batu Bersiul, Senjata Teror Tentara Romawi Kuno yang Paling Ditakuti

Penyelam melihat ikan berenang di atas mosaik dari Villa a Protiro, di reruntuhan kuno Baiae, Napoli, Italia. (AFP/Andreas Solaro)

 

"Sulit, terutama bagi mereka yang baru pertama kali datang, untuk membayangkan bahwa Anda dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah dapat Anda lihat di tempat lain di dunia hanya dalam beberapa meter air,” kata Marcello Bertolaso, kepala pusat penyelaman Campi Flegrei, yang biasa membawa wisatawan di sekitar lokasi.

Pada tahun 1940-an, seorang pilot membagikan foto udara sebuah bangunan yang berada di bawah laut. Hal itu kemudian menarik perhatian para ahli arkeologi dan pemerintah Italia. Setelah beberapa dekade adanya penemuan barang antik di jaring nelayan dan penjarah bebas berkeliaran di sana. Reruntuhan kuno Baiae kini telah menjadi kawasan laut yang dilindungi sejak tahun 2002 dengan luas sekitar 177 hektare.

Menjadi Situs Arkeologi

Setelah menjadi situs arkeologi, Baiae tidak formal dirancang sebagai kawasan lindung sampai tahun 2002, ketika situs tersebut mulai dibuka untuk umum. Namun, untuk bisa mengunjunginya, wisatawan harus didampingi oleh pemandu terdaftar.

Di sana, wisatawan dapat melakukan penyelaman dan dapat melihat pilar-pilar bangunan Romawi, jalanan kuno, dan alun-alun dengan tatanan ubin yang rumit. Patung Octavia Claudia (saudara perempuan Kaisar Claudius) dan Ulysses menandai pintu masuk gua-gua di bawah air.

Baca Juga: Melihat Ratusan Tulang Bayi dari Zaman Romawi di Israel dan Inggris

Diperkirakan masih ada peninggalan kuno lainnya yang bisa ditemukan (AFP/Andreas Solaro)

 

Penyelam juga dapat melihat ikan-ikan melintasi lantai mosaik dan masuk ke puing-puing vilva-vila yang hancur, tempat orang Romawi dulu berpesta pora, minum-minum dan bercengkerama. Reruntuhan istana dan pemandian berkubah yang dibangun kaisar di Baiae kini menjadi taman bermain kepiting lepas pantai.

Arkeolog Enrico Gallocchio kepada AFPTV mengatakan, ketika mereka meneliti daerah baru di sana, mereka dengan lembut menyapu pasir di sana, di tempat yang mereka tahu ada lantai. Mereka kemudian mendokumentasikannya dan kemudian menutupinya kembali.

"Jika tidak, fauna dan flora laut akan menyerang reruntuhan. Pasir melindungi mereka," katanya.

Meski demikian, menurutnya, masih ada peninggalan kuno lainnya yang bisa ditemukan. "Reruntuhan besar mudah ditemukan dengan memindahkan sedikit pasir, tetapi ada daerah di mana tepian pasir bisa mencapai beberapa meter," katanya.

Baca Juga: Penemuan Mosaik Sepuluh 'Bikini Girls' di Vila Romawi Casale