Spesies Baru Katak Bertaring yang Aneh Ditemukan di Filipina

By Utomo Priyambodo, Rabu, 25 Agustus 2021 | 11:00 WIB
Spesies baru katak bertaring mindoro atau Limnonectes beloncioi. (Scott Travers)

Nationalgeographic.co.idSpesies baru yang aneh, yakni katak bertaring, baru-baru ini ditemukan di Filipina. Para peneliti di University of Kansas (KU) telah mendeskripsikan bahwa spesies baru katak bertaring itu hampir tidak dapat dibedakan dari spesies lain di pulau tetangga kecuali berdasarkan panggilan kawinnya yang unik dan perbedaan utama dalam genomnya.

"Inilah yang kami sebut spesies samar karena bersembunyi di depan mata para ahli biologi selama bertahun-tahun," ujar Mark Herr, seorang mahasiswa doktoral dari Biodiversity Institute and Natural History Museum dan Department of Ecology & Evolutionary Biology di KU, sebagaimana dilansir SciTechDaily.

"Para ilmuwan selama 100 tahun terakhir berpikir bahwa katak ini adalah spesies yang sama dengan katak di pulau berbeda di Filipina karena mereka tidak dapat membedakannya secara fisik. Kami menjalankan banyak analisis—dan mereka memang terlihat identik dengan mata telanjang—namun, mereka terisolasi secara genetik. Kami juga menemukan perbedaan dalam panggilan kawin mereka. Mereka terdengar sangat berbeda. Jadi, ini adalah kasus menggunakan akustik untuk menentukan bahwa spesies itu berbeda, serta informasi genetik baru," papar Herr yang menjadi penulis utama laporan studi penemuan atas spesies baru tersebut.

Sampel genetik katak tersebut, yang secara ilmiah kini dinamakan sebagai Limnonectes beloncioi atau umumnya dikenal sebagai katak bertaring mindoro, telah dikumpulkan bertahun-tahun yang lalu oleh para ilmuwan KU yang bekerja di lapangan di Pulau Mindoro di Filipina tengah. Namun sampel-sampel tersebut belum sempat dianalisis hingga baru-baru ini. Karena kemiripan fisiknya yang hampir identik dengan katak bertaring di Pulau Palawan, yang disebut katak bertaring acanth, ia dianggap sebagai spesies yang sama.

"Anda dapat melihat dua hal yang berbeda, tetapi bagi mata manusia tanpa penyelidikan intensif, keduanya mungkin tampak sama," kata Herr.

"Jadi, kami melakukan pengukuran ratusan katak ini—berapa panjang jari mereka secara spesifik, seberapa lebar ujung jari kaki mereka, panjang satu segmen tertentu dari kaki mereka, diameter mata mereka—untuk membandingkan populasi secara statistik, bahkan jika kami pikir mereka terlihat sama" tuturnya.

Baca Juga: Spesies Baru Katak Labu Ditemukan, Bisa Berpendar dan Sangat Beracun

Katak bertaring dair Pulau Luzon ini juga memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan katak bertaring mindoro. (Rafe Brown)

"Kami menjalankan analisis statistik pada bentuk dan ukuran tubuh, termasuk analisis komponen utama yang menggunakan semua pengukuran sekaligus untuk membandingkan morfologi katak dalam ruang multivariat. Lagi pula, sama seperti para ilmuwan sebelum kami, kami tidak menemukan apa pun untuk membedakan katak-katak itu berdasarkan bentuk tubuh dan ukurannya.”

Namun, karena katak bertaring menghuni pulau-pulau yang dipisahkan oleh bermil-mil lautan, para peneliti meragukan bahwa mereka adalah spesies yang sama. Sebagian alasanya adalah karena katak-katak tersebut memiliki suara panggilan yang berbeda. Jadi, para peneliti memutuskan untuk menganalisis genom katak-katak tersebut dan menentukan bahwa katak bertaring mindoro memenuhi syarat sebagai spesies tersendiri.

"Kami menjalankan analisis genetik katak ini menggunakan beberapa penanda genetik spesifik, dan kami menggunakan model jam molekuler hanya untuk mendapatkan perkiraan yang sangat mendasar berapa lama kami berpikir bahwa katak ini mungkin telah terpisah satu sama lain," ujar Herr.

"Kami menemukan mereka terkait satu sama lain, mereka adalah kerabat dekat satu sama lain, tetapi kami menemukan mereka telah terpisah selama dua hingga enam juta tahun --ini adalah waktu yang sangat lama untuk katak-katak ini. Dan sangat menarik bahwa mereka masih terlihat sangat mirip tetapi terdengar berbeda.”

Baca Juga: Spesies Baru Katak Pucat Pantai Selatan Ditemukan di Hutan Garut

Herr telah mengkhususkan diri dalam mempelajari banyak spesies katak bertaring di seluruh Asia Tenggara. Dia melakukan kerja lapangan yang ekstensif di sana.

Deskripsi Herr tentang katak bertaring mindoro ini melanjutkan tradisi panjang penelitian lapangan KU ke dalam keanekaragaman hayati herpetologis Filipina dan Asia Tenggara, menurut penasihat fakultasnya, Rafe Brown. Profesor ekologi dan biologi evolusioner sekaligus kurator yang bertanggung jawab atas Divisi Herpetologi dari Biodiversity Institute and Natural History Museum itu memuji hasil kerja keras Mark Herr.

"Penemuan Mark memperkuat pelajaran yang telah kami pelajari berulang kali selama bertahun-tahun --hal-hal yang kami pikir kami ketahui, dikombinasikan dengan informasi baru, muncul untuk mengajari kami sesuatu yang sama sekali tidak terduga," ucap Brown.

Baca Juga: Mirip Cokelat Harry Potter, Temuan Katak Spesies Baru di Papua Nugini

Tampak punggung dan perut PNM 9870 (sebelumnya KU 303343), holotipe jantan dewasa Limnonectes beloncioi, spesies baru. (Mark W. Herr/Bio One Complete)

"Satu abad yang lalu, profesor KU Edward Taylor mengidentifikasi populasi Pulau Mindoro itu sebagai katak bertaring acanth, spesies yang sama seperti yang dia sebutkan, beberapa tahun sebelumnya, dari Pulau Palawan —penetapan yang sangat tidak masuk akal," tuturnya.

"Perbesar seratus tahun ke depan, dan kami menemukan dengan teknologi baru, informasi genetik, dan data bioakustik bahwa populasi kedua pulau itu sebenarnya sangat terdiferensiasi dengan baik, seperti yang kami perkirakan. Tapi tidak secara morfologis; karakteristik fisik mereka tidak menyimpang. Ini adalah kasus di mana pembentukan spesies tidak disertai dengan diferensiasi morfologis —yang disebut 'spesiasi samar.'"

Mark Herr dan rekan-rekan penelitinya telah mempublikasikan laporan studi atas penemuan spesies baru katak bertaring ini di jurnal Ichthyology & Herpetology terbitan 2021. Herr mengatakan taring katak itu kemungkinan digunakan dalam pertempuran untuk akses ke situs-situs kawin utama dan untuk melindungi diri dari pemangsa. Yang mengkhawatirkannya, katak kertaring mindoro ini, sebagai katak sungai, terkadang diburu oleh orang-orang untuk dimakan.

Baca Juga: Penemuan Terbaru: Katak Renda Piasak dari Kalimantan yang Bisa Menyamar