Melihat Produksi Loetoeng Kasaroeng, Film Bisu Pertama Indonesia

By Galih Pranata, Jumat, 27 Agustus 2021 | 18:00 WIB
Rejoggrup Loetoeng Kasarung dalam proses syuting di Menes, sebelah barat Kota Pandeglang. (KITLV)

"Leotoeng Kasaroeng adalah dongeng yang melegenda bagi masyarakat Pasundan (Sunda), ia (Wiranatakusumah) sangat menyetujui dan sangat terobsesi untuk mengembangkan kesenian dan kebudayaan sunda dalam film pertama di Hindia-Belanda" tulis Lutfiana Khoirunnisa pada karyanya berjudul Peranan Etnis Cina Dalam Industri Perfilman Pada Zaman Hindia Belanda Tahun 1900-1942, publikasi tahun 2020.

"Surat kabar sohor kaliber De Locomotief menyebut bahwa adanya film bisu pertama di Hindia-Belanda, sebagai mijlpaal (tonggak sejarah) bagi produksi film Hindia-Belanda," tulisnya. Masyarakat Hindia-Belanda, utamanya pribumi, sangat meminati film-film produksi Hollywood.

Wiranatakusumah, bupati distrik Bandung pada saat itu, menyetujui tentang keputusan penggarapan Loetoeng Kasaroeng. Pemilihan para aktor dan aktris, bersama dengan arahan Kartabrata, mengambil dari kaum priyayi pribumi, salah satunya adalah anak bupati, Wiranatakusuma V.

Baca Juga: Pengalaman Bung Karno Nonton Film Kelas Kambing Sampai Film Gedongan

Poster film 'Loetoeng Kasaroeng' yang disutradarai oleh L. Heuveldorp dan sinematografi oleh G. Krugers. Film yang diproduksi Java Film ini rilis pada 31 December 1926. Foto dalam buku Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa karya Misbach Yusa Biran, terbitan Komunitas Bambu. (Wikimedia Commons)

Pada tahap produksi, sinematografi dipegang oleh George Krugers, dengan arahan Heuveldorp. Film ini juga memunculkan aktris dan aktor pendatang baru, pribumi. Mereka bernama Maroana dan Oemar. Sinema pertama ini menjadi tolok ukur bagi pemerintah Hindia-Belanda dalam mengembangkan seni perfilman.

Awalnya, seluruh aktris dan aktor berakting tanpa arahan. Hasilnya mengecewakan. Kemudian Kartabrata berdiri di belakang kameramen dengan memberi arahan, dan meminta setiap pemeran untuk berlatih sebelum syuting dilakukan. Setiap shot yang dilakukan di gua dan tebing, beberapa aktris berlatih dengan keras karena medan yang sulit. Mungkin di masa tersebut belum terpikirkan untuk menggunakan stuntman atau pemeran pengganti. 

Baca Juga: Bagaimana 'One Hundred and One Dalmatians' Menyelamatkan Disney?

Gambar promosi yang menampilkan salah satu pemeran dalam film 'Loetoeng Kasaroeng'. Foto dalam buku Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa karya Misbach Yusa Biran, terbitan Komunitas Bambu. (Wikipedia)

Gedung Bioskop METROPOLE, sekitar 1970-an. Gedung ini dibangun pada 1932, awalnya bernama Bioscoop Metropool. (Wikimedia Commons)

Baca Juga: Dari Gagasan Film Indonesia Pertama Sampai Nasionalisme Kemenyan

Loetoeng Kasaroeng merupakan cerita rakyat dari Tanah Sunda, berkisah tentang kisah asmara. Purbasari dan Purbararang adalah saudara perempuan yang bersaing. Purbararang, kakak perempuan, menggoda Purbasari tentang kekasih terakhirnya, Lutung (Guru Minang). Pacar Purbarang, Indrajaya, adalah pria yang tampan. Namun, kakak beradik tersebut mengetahui bahwa Lutung, si Guru Minang sebenarnya adalah dewa, yang memiliki wajah lebih tampan dari Indrajaya.

Film diiklankan pada surat kabar berbahasa Belanda dan Indo-Melayu. Loetoeng Kasaroeng diputar pertama kali di dua bioskop ternama, Bioscoop Metropole (Jakarta) dan Bioscoop Majestic (Bandung). Diperkirakan harga tiket bioskop saat itu cukup mahal. Hanya priyayi dan orang-orang Eropa yang umumnya dapat menonton langsung di bioskop. Berbeda dengan pribumi dengan ekonomi rendah yang tidak dapat menontonnya, bahkan melihat di balik layar bioskop dengan tampilan terbalik. 

Baca Juga: Film yang Membuat Setiap Orang Bisa Selamatkan Terumbu Karang Dunia