Kerangka Sepasang Kekasih di Tiongkok: Bukti Pengorbanan Cinta

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 28 Agustus 2021 | 10:00 WIB
Kuburan sepasang kekasih di Xianbei, Tiongkok, yang memberi gambaran pada kita tentang asimilasi budaya di masa lalu, terutama terkait cinta sejati. (Qian Wang)

Nationalgeographic.co.id - "Cinta sehidup semati", sebuah ungkapan yang sering kita dengar dari cerita romansa yang sekilas terkesan hubungan percintaan yang abadi. Frasa itu bisa ditemukan dalam pengorbanan cinta ala Romeo dan Juliet yang dibuat William Shakespeare.

Bukan sekadar kisah fiksi belaka. Beberapa temuan arkeologis telah menemukan kerangka dua sejoli yang membawa cintanya hingga kepada kematian, dan mati bersama dalam pelukan. Seperti kerangka 'Sejoli Hasanlu' di Iran terkadang disebut sebagai ciuman terabadi, dan 'Sejoli dari Modena' di Italia yang keduanya berjenis kelamin pria.

Sedangkan yang terbaru, para arkeolog menemukan sisa kerangka dua kekasih yang terkubur bersama sejak 1.500 tahun silam. Mereka menemukan kuburan itu pada Juni 2020 di Xianbei, kawasan utara Tiongkok.

Kerangka kekasih itu adalah seorang pria dan wanita yang menggunakan cincin logam di jari manis kirinya. Para peneliti lewat makalah berjudul Eternal love locked in an embrace and sealed with a ring: A Xianbei couple's joint burial in North Wei era, China (386-534 CE) di International Journal of Osteoarchaeology memperkirakan, perempuan itu mengobarkan dirinya agar bisa dimakamkan bersama lakli-laki yang kemungkinan adalah suaminya.

Baca Juga: Penemuan Fosil Langka Jaringan Saraf, Ungkap Evolusi Otak Artropoda

Dugaan itu disebabkan penguburan laki-laki dan perempuan dalam satu liang adalah hal yang jarang di Tiongkok. Sedangkan kondisi kerangka ini saling terkunci dalam pelukan dengan kesan cinta yang berani. Para peneliti menulis, kerangka seperti ini adalah jenis yang pertama di negera itu, dan mungkin mencerminkan perubahan sikap budaya tentang cinta.

"Ini adalah [pasangan] pertama yang ditemukan dalam pelukan cinta, seperti itu, di mana saja kapan saja di Tiongkok," ujar pemimpin penelitian Qian Wang, dikutip dari Live Science. Dia adalah seorang profesor Department of Biomedical Sciences di Texas A&M College of Dentistry.

Karena terbilang unik kuburan pasangan itu, para arkeolog memutuskan untuk tidak menggali sisa-sisa kerangka itu sepenuhnya. Tim penelitian itu membiarkan mereka saling terjalin agar keduanya bisa dipajang di pameran museum di masa mendatang.

Ilustrasi perkiraan bentuk jenazah sepasang kekasih di Tiongkok yang dikuburkan bersama. (Anqi Wang & Qian Wang)

Pada kerangka pria, tingginya diperkirakan sekitar 161,5 sentimeter dan memiliki beberapa cedera di tubuhnya, termasuk patah lengan, jari di tangan kanannya ada yang hilang, dan taji tulang di kaki kanannya. Diperkirakan dia meninggal di usia 29 hingga 35 tahun, tulis para peneliti.

Sedangkan yang wanita, dia cukup sehat ketika meninggal. Tingginya sekitar 157,1 sentimeter, dengan masalah sedikit di gigi, seperti gigi berlubang, dan diperkirakan meninggal saat berusia antara 35 hingga 40 tahun.

Cincin yang digunakan di jari manisnya itu diperkirakan adanya pengaruh "oleh kebiasaan dari wilayah barat dan sekitarnya yang dibawa lewat Jalur Sutra ... dan asimilasi masyarakat Xianbei, yang mencerminkan intergrasi budaya Tiongkok dan Barat," ujar Wang.

Baca Juga: Kontroversi Anak Lapedo: Hasil Kawin Silang Manusia dan Neanderthal?

Areal pemakaman di Xianbei ini berisi sekitar 600 kuburan. Jika dilihat dari letak kawasannya, daerah ini berada di kekuasaan kelompok nomaden kuno di Tiongkok utara yang berasimilasi dengan budaya masa Dinasti Han, dan Wei Utara. Ciri budaya itu diungkap para arkeolog juga berkat barang keramik yang ditemukan di kuburan.

Jika ditilik dari budaya pada milenium pertama, ketika pasangan ini masih hidup, kemampuan untuk mengekspresikan dan mengejar cinta secara bebas di Tiongkok menjadi hal yang 'menonjol' secara budaya, tulis para peneliti. 

Cincin logam yang dikenakan oleh kerangka wanita di tangan kirinya. (Qian Wang)

Ada banyak kisah cinta fiksi hingga catatan sejarah tentang orang-orang yang mengorbankan nyawanya sendiri demi cinta. Wang berpendapat bahwa sang wanita mengejar cinta dan mati dengan bunuh diri demi penerimaan cinta yang belum tersampaikan.

"Pertunjukkan unik dari rasa cinta manusia dalam kuburan, menawarkan pandangan langka perjalanan menuju cinta, kehidupan, kematian, dan kehidupan setelah kematian," Wang berpendapat.

Namun keadaan yang menyebabkan sepasang kekasih ini masihlah misteri yang belum dipecahkan para peneliti.

Baca Juga: Dua Spesies Dinosaurus Baru Diidentifikasi Berasal dari Tiongkok

Para arkeolog juga menemukan dua pasangan lain yang terkbur bersama di areal sekitar. Namun, pasangan lain ini tidak berpelukan dengan erat, dan para wanita tidak mengenakan cincin, terang Wang.

Yang jelas, siapa pun yang menguburkan pasangan itu pasti melakukannya dengan hati-hati. Sebab tubuh pria itu melengkung ke arah wanita, dan lengan kirinya terletak di bawah tubuh si wanita. Lengan kanan pria itu juga memeluknya, dengan tangan yang bertumpu di pinggang.

Tubuh wanita itu ditempatkan dalam posisi untuk dipeluk. Kepalanya menghadap sedikit ke bawah, yang diperkirakan wajahnya bisa bersandar di bahu pria, dan lengan yang memeluk tubuh pria.

Para peneliti menyajikan perkiraan lainnya bagaimana pasangan itu bisa berakhir di liang yang sama. Sepasang kekasih ini tidak meninggal pada saat yang sama karena kekerasan, penyakit atau keracunan, sebab belum ada bukti yang kuat terkait itu.

Kemungkinan lainnya adalah wanita yang lebih meninggal lebih dulu, dan sang suami mengorbankan dirinya sendiri. Namun pendapat itu adalah kemungkinan kecil, karena wanita tersebut tampaknya memiliki kesehatan yang lebih baik dari pasangannya, ujar Wang.

Baca Juga: Fosil Tengkorak Homo Longi di Harbin, Tiongkok Berusia 146.000 Tahun